Part 36

144 12 1
                                    

"Kamu ngapain disini Nin?" bukannya menjawab, Anin justru tersenyum menanggapi kebingungan Kevin.

"Kamu gila ya senyum senyum sendiri?"

"Iya, gila karena kamu." Kevin langsung bergidik geli saat Anin berbicara tepat di telinganya.

Tak betah dengan suasana seperti ini, Kevin langsung menutup kotak bekalnya yang telah kosong dan bergegas untuk pergi, tapi Anin langsung menahan tangannya.

"Aku akan pecat kamu kalo kamu pergi." Kevin menghela nafasnya, mau tak mau ia kembali duduk kembali dan menemani Anin makan siang.






Mood Kevin benat benar hancur hari ini, Anin yang ternyata anak dari pemilik perusahaan tempat Kevin bekerja menjadi selalu seenaknya.

Setelah Anin memaksanya untuk menemani makan siang, Anin seolah tak kehabisan cara agar selalu dekat dengannya, bahkan Anin sering bolak balik ke ruangan tempat Kevin bekerja dengan alasan memantau kerja divisi tempat Kevin ditugaskan.

"Kevin." Kevin menoleh pada seseorang yang memanggilnya, ternyata pak Zandi salah satu manajer di perusahaan itu.

"Iya pak, ada apa?"

"Kamu dipanggil bu Anin ke ruangannya." jawab pak Zandi.

Kevin terdiam, ia benar benar lelah dengan sikap Anin, baru saja Anin keluar dari ruangannya sekarang Anin memanggilnya.

"Hei, kenapa kamu bengong, ayo sana."

"Iya pak." Kevin langsung melangkahkan kakinya menuju ruangan Anin, selama ia berjalan banyak sekali karyawan yang berbisik dan terlihat canggung pada Kevin, mungkin karena kejadian di kantin tadi mereka mengira Kevin adalah pacar dari atasan mereka itu.

Tok.. tok...

Kevin mengetuk pintu ruangan Anin dengan malas, tak perlu menunggu lama terdengar suara Anin yang menyuruhnya masuk.

Anin langsung menyambut Kevin dengan senyum manisnya, senyuman yang masih sama seperti saat mereka pacaran dulu.

Bahkan Kevin pun merasakannya, senyuman Anin padanya memang tak pernah berubah.

"Ada apa bu Anin memanggil saya?" Anin terkekeh pelan mendengar gaya bicara Kevin yang sangat formal padanya.

"Kamu ada diruanganku sayang, jangan terlalu formal."

"Mau kamu apa sih sebenarnya?" Kevin menatap jengah pada Anin.

Anin berjalan mendekati Kevin, ia tersenyum senang bisa melihat wajah pujaan hatinya dari jarak sedekat ini, tanpa peduli dengan tatapan Kevin yang terlihat risih di dekatnya.

"Aku rindu kamu, aku merindukan kita yang dulu, aku merindukan kamu yang selalu ada untukku, aku pun merindukan aku yang selalu ceria saat kamu ada di hidup aku."

Kevin tertegun mendengar suara Anin yang terdengar lirih di telinganya. Kevin sadar ia telah menyakiti Anin, Anin tak pernah sedikitpun mengkhianatinya tapi ia dengan tega memutuskan hubungan dengan Anin karena ingin menikahi Michie.

"Maaf." hanya kata itu yang mampu Kevin katakan bahkan kini ia menunduk tak kuasa melihat tatapan sendu dari gadis yang dulu sempat mengisi hatinya itu.

"Dari dulu aku selalu memaafkanmu, aku cuma mau kamu kembali padaku Kevin." Anin sudah tak mampu lagi menahan tangisnya.

"Maaf, aku ga bisa Nin, aku sudah punya seorang istri bahkan aku pun telah memiliki anak."

"Pernikahan yang terpaksa dan anak itu bukan anak kandung kamu, iya kan??"

"Aku bahagia dengan Michie dan anaknya, mereka adalah hidupku. Mereka kebahagiaanku Nin, sekali lagi maaf."










To Be Continue.....

Cinta Luar Biasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang