Part 22

228 18 10
                                    

Michie baru saja sampai di kediaman mertuanya, ia bergegas keluar dari mobilnya.

Shani yang kebetulan sedang menyiram tanaman terlihat heran dengan kedatangan Michie pagi pagi.

"Selamat pagi mah." ucap Michie lalu mengecup punggung tangan Shani.

"Pagi juga sayang, mata kamu kenapa sayang? kok sembab gitu, Kevin mana?"

Michie langsung terdiam, baru saja Shani bertanya padanya Kevin di mana dan itu tandanya Kevin tak ada di sini.

"Emm... aku lagi ngidam mah."

Kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Michie, ia tak mungkin bilang kalo ia kesini untuk mencari Kevin. Michie hanya takut jika mertuanya berpikir yang tidak tidak tentang rumah tangganya.

"Oh iya? wah, menantu cantik mamah ini lagi ngidam apa?"

"Aku pengen meluk mamah." Shani tersenyum, Michie sangat menggemaskan jika sedang gugup seperti ini.

Ia selalu bersyukur punya menantu seperti Michie, bahkan Michie seperti bentuk nyata dari mimpinya dulu yang selalu ingin punya anak perempuan.

Shani langsung memeluk Michie, bahkan ia pun merasakan pelukan yang erat dari menantu cantiknya ini.

"Udah yuk, kita masuk." Shani hendak melepas pelukannya tapi Michie sepertinya masih enggan melepaskan pelukan Shani.

"Sebentar lagi mah." ucap Michie lirih, hatinya merasa sedih ketika mengingat kebohongan yang ia lakukan pada wanita berhati lembut di hadapannya ini.

Akhirnya Michie melepas pelukannya pada tubuh Shani, ia tersenyum dan perkataannya tentang ingin memeluk Shani tidaklah bohong dan kini ia merasa sedikit lega.

"Yuk masuk sayang." ucap Shani, namun Michie langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku mau langsung kerja mah." ucap Michie, Shani menganggukkan kepalanya walau sebenarnya ia masih ingin berlama lama dengan menantu cantiknya ini.

Michie pun pamit dari rumah Shani, kini ia kembali menyusuri jalanan ibukota untuk mencari seseorang yang kini sangat ia khawatirkan.

"Apa mungkin kamu ada di apartemen ya? kamu kenapa sih sayang, aku bener bener butuh kamu sekarang."







"Kevin bangun!!"

Ini sudah kesekian kalinya Alya membangunkan Kevin, tapi Kevin seakan tuli mendadak dan tak menghiraukan teriakan Alya.

"Ish, kebo banget sih." Alya memukul mukul tubuh Kevin dengan bantal berharap kali ini bocah di hadapannya bisa terbangun dari alam mimpi.

"Awww... aduh hujan meteor... ampun cici tolong..." Alya tertawa geli melihat Kevin yang mengigau memanggil istrinya.

"Bangun bocah kecil!" Kevin mengerjapkan matanya beberapa kali, ia bangun dari tidurnya lalu duduk walaupun dalam keadaan mata yang menutup.

"Ahh cuman mimpi ternyata." gumam Kevin, namun seketika matanya membulat sempurna.

"Ya ampun, hp aku mana??" Kevin langsung berdiri dan mencari hp.

"Nih hp kamu, kenapa sih?"

"Aku lupa ngabarin istri aku kak." Kevin yang hendak menghubungi Michie langsung terdiam lalu menyimpan hpnya kembali.

"Kenapa?" tanya Alya yang heran melihat wajah Kevin yang berubah sendu.

"Cici ga mungkin cari aku, dia kan lagi kangen sama koh Yohan." Kevin duduk di samping Alya lalu menyandarkan kepalanya di pundak Alya.

"Hidup aku kok gini amat ya kak."

Alya tersenyum miris, ia tau seharusnya Kevin tak perlu menanggung beban atas kesalahan orang lain, tapi ia paham betul sifat lelaki disampingnya ini.

Kevin bisa dengan mudah memberikan barang yang ia mau jika orang lain lebih menginginkannya dan sekarang ia rela memberikan hidupnya untuk wanita yang mungkin tidak mencintainya.

Cklek...

Pintu apartemen terbuka, Kevin dan Alya langsung menoleh dan menatap kaget pada seseorang yang kini tengah berdiri mematung di depan pintu.

"Cici..." Kevin langsung bangun dan berjalan menghampiri Michie.

Plak!!!

Kevin hanya mampu memejamkan matanya saat sebuah tamparan mendarat di wajah tampannya.

"Puas kamu?!"

"Ci..."

"Aku di rumah mati matian hubungin kamu, cari kamu ke mana mana, khawatir sama keadaan kamu tapi disini kamu malah enak enakan berduaan dengan perempuan lain!"

"Kamu salah paham." lirih Kevin.

Alya menggigit bibir bawahnya, ia ingin membela Kevin tapi ia terlalu takut melihat tatapan tajam dari Michie.

"Terserah, kamu sukses buat hati aku sakit, aku benci kamu!"

Rahang Kevin mengeras, bahkan kini ia menatap tajam Michie.

"Hanya satu kesalahanku, kau jadi benci aku? lalu apa aku boleh juga benci kau setelah apa yang kau lakukan terhadapku?!?!"

Kini Kevin benar benar meluapkan amarahnya, bahkan ia seolah lupa jika wanita yang sedang ia bentak ini adalah wanita yang dicintainya.

"Sekarang lebih baik kau pulang, datang lagi kesini kalo di hati kau benar benar hanya ada aku tapi jika di hati kau masih ada koh Yohan maka aku akan mundur!" tegas Kevin.

Michie sudah tak bisa berkata kata lagi, ia langsung berlari keluar tanpa dihalangi ataupun dikejar Kevin.

Kevin mengepalkan kedua tangannya dan menunduk, Alya yang melihat itu menatap tak percaya pada Kevin. Ia tak menyangka jika Kevin bisa bersikap seperti itu.

Kevin berjalan dengan gontai menuju kamarnya, bahkan ia melewati Alya begitu saja.

"Kamu keren." batin Alya.

"Huaaaa ciciiiii...." seketika Alya langsung mendengus kesal mendengar teriakan dan tangisan dari dalam kamar Kevin.

"Dasar payah, baru aja gue puji..."












To Be Continue.....

Cinta Luar Biasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang