Part 47

157 15 2
                                    

"Aku mencintaimu, aku ingin melamarmu Del."

"Jangan mengasihaniku Aldi."

"Aku benar benar mencintaimu Adel."

"Tapi lo juga suka Michie kan?"

"Del, Michie hanya..."

"Pergi!"

"Tapi Adel..."

"Pergi Aldi!"

Brak... brak...

Aldi memukul stir mobilnya, percakapan sebelum Adel koma benar benar membuatnya frustasi.

Ia sangat mencintai Adel dan hanya menganggap Michie sebagai adiknya sendiri, tapi penolakan Adel sungguh membuat hidupnya hancur berantakan.

Aldi keluar dari mobilnya, ia menatap tajam pada sebuah rumah mewah di depannya. Aldi melangkah memasuki pekarangan rumah itu lalu menekan bel yang berada di dekat pintu.

Tak butuh waktu lama untuknya menunggu pintu terbuka, seorang lelaki yang kini tengah berdiri menggunakan tongkat penyangga tengah menatap kaget ke arahnya.

Bruk.. bruk...

"Jancok!!" Aldi menatap tajam lelaki itu lalu tanpa rasa kasihan, ia menginjak dada lelaki itu hingga lelaki itu tak bisa berkutik sedikitpun.

"Kenapa?? lo sakit hah?! ini belum seberapa Kevin Sanjaya!!"

Aldi menarik kerah baju Kevin lalu melayangkan pukulan di wajah Kevin lagi dengan membabi buta.

Kevin hanya bisa menahan rasa sakit, ia tak bisa berkutik lagi terlebih dengan kakinya yang masih terasa sakit.

"Aldi!!"

Aldi menghentikan pukulannya di wajah Kevin saat mendengar Michie berteriak memanggilnya, Michie menatap tajam padanya yang masih diselimuti emosi.

Plak!!

Satu tamparan keras mendarat dipipi Aldi, siapa lagi jika bukan Michie pelakunya.

Aldi hanya diam merasakan panas dan perih dipipinya, Michie marah padanya sangat jelas terlihat dari sorot mata kebencian yang terpancar di kedua bola mata wanita di hadapannya ini.

"Apa yang kamu lakukan hah?! kamu memukul suamiku dirumahku sendiri?! apa kamu gila hah?!"

Michie membantu Kevin berdiri, ia menatap sendu pada suaminya yang kini penuh dengan lebam lebam di wajah tampannya.

Aldi tersenyum remeh, ia balik menatap tajam Michie. Amarahnya benar benar sudah tak terbendung lagi.

"Apa yang suami lo rasakan gak sebanding dengan apa yang dirasakan Adel!" tegas Aldi.

Michie mengerutkan keningnya, lagi lagi Adel apa yang sebenarnya terjadi diantara Adel dan suaminya, kalimat itu kini memenuhi kepalanya.

"Adel koma Kevin! kakak lo yang udah hancurin hidupnya!! dia yang buat Adel harus kehilangan keluarganya, dia yang udah buat Adel kehilangan matanya dan kakak lo sendiri yang minta donorin matanya untuk Adel, Adel pun baru tau setelah operasi itu selesai!"

Michie kaget, ia menatap Kevin yang kini menunduk.

"Dimana Yohan sekarang?" tanya Michie.

"Dia udah gak ada, setelah selesai operasi donor mata kondisi Yohan kritis dan ga bisa diselamatkan."

Michie terpaku, perkataan Aldi terasa menusuk hatinya. Entah kenapa hatinya merasa sesak bahkan kini Michie menangis.

"Kamu udah tau semua ini?" tanya Michie yang menatap tajam Kevin. Kevin hanya mengangguk tanpa memberikan penjelasan apapun.

"Kamu merahasiakan hal sepenting ini dariku?" Kevin kembali mengangguk, ia benar benar takut.

Ia takut dengan amarah Michie yang mungkin bisa saja berujung buruk bagi hubungannya dengan Michie.

"Apa papah dan mamah juga gak tau?" Kevin mengangguk.

Plak!!

Kevin memejamkan matanya, tamparan di pipinya terdengar lebih keras dari tamparan Michie pada Aldi tadi, bahkan ia merasakan sesuatu yang basah dihidungnya setelah Michie menamparnya.

Aldi kaget, ia menatap darah yang keluar dari lubang hidung Kevin sementara Michie masih menatap tajam Kevin, ia seakan akan tak melihat darah yang mengalir cukup banyak di hidung Kevin.

Kevin mengusap darah dari hidungnya dengan sedikit kasar, ia memberanikan diri menatap Michie.

Alya yang baru saja datang dengan niat menyusul Aldi, langsung terdiam dan menutup mulutnya saat melihat kondisi Kevin saat ini.

"Aku takut kamu mencintaiku karena kamu membenci koh Yohan, aku takut jika kamu tau koh Yohan punya alasan meninggalkanmu saat itu kamu jadi kembali mencintainya dan melupakan aku, aku belum siap kehilangan kamu."

Michie menggelengkan kepalanya, ia menatap tak percaya pada suaminya itu, Kevin berusaha meraih tangan Michie tapi Michie menepisnya.

"Jangan dekati aku lagi! dasar pengecut! aku benci kamu! aku pikir kamu lebih baik dari Yohan tapi ternyata salah, Yohan jauh lebih baik dari kamu!!"

Michie berlari menuju kamarnya dengan menangis, sedangkan Kevin kembali menundukkan kepalanya.

Alya sudah tak kuat melihat Kevin seperti itu, ia menarik tangan Kevin dan memeluknya dengan erat.

Kevin tak membalas pelukan Alya, ia hanya menempelkan keningnya di bahu Alya.

Alya memejamkan matanya menahan sesak yang teramat sangat saat ia merasakan bahunya basah, Kevin menangis dalam diam dan bahkan kini suara isakan terdengar pilu di telinga Alya, bocah tengil yang paling tegar menurutnya itu kini menangis terisak di bahunya.

"Ada aku, jangan menangis lagi Vin." ucap Alya lirih, ia mengelus kepala Kevin.

"Aku egois, aku pengecut. Harusnya aku sadar kalo aku hanya berkewajiban menjaga ci Michie dan Gempi, aku justru dengan lancang menaruh hati padanya. Aku harus apa kak? aku selalu berusaha kasih cinta terbaik untuk mereka, tapi lagi lagi aku kalah dengan kakakku sendiri, aku belum siap kehilangan semuanya, aku belum siap kak."

Kevin semakin terisak, ia mencengkram erat lengan baju Alya.

Aldi memalingkan wajahnya, ia menyesal harusnya ia tak nekat memberitahu Michie, sungguh emosinya telah membuatnya buta akan situasi Kevin saat ini.

Ia tak pernah melihat Kevin sesedih ini dan parahnya lagi karena itu ulahnya.

Aldi marah, ia cemburu karena ia sadar Adel menolaknya karena Adel masih mencintai Kevin. Tapi sekarang, keegoisannya membuat banyak hati yang hancur.











To Be Continue.....

Cinta Luar Biasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang