5|ANCAMAN

435 38 1
                                    

beberapa minggu kemudian telah berlalu kedekatan antara tian dan chika makin lengket tentunya, namun tian masih belum bisa menyakinkan ayah chika bahkan dia saja belum menemui ayah chika.

"sayang yaampun kamu belepotan ini hahaha" ucap chika sambil mengelap es krim yang menempel dipipi tian

"hehe makasih sayang" ucap tian tersenyum

"suka ga es krimnya?" lanjut tian bertanya

"enak ko makasih ya udah mau nurutin kemauan aku" jawab chika

"sama sama sayangku, aku bakalan sanggupin apapun kemauan kamu selagi aku bisa" ucap tian mencubit pipi chika

"sakit tian" kesal chika

"hahaha maaf maaf" ucap tian mengusap pipi chika

"iyaiya habis ini mau kemana?" tanya chika

"gimana kalau kita ke suatu tempat, aku ada tempat bagus" ucap tian

"boleh boleh yuk aku penasaran deh" ucap chika tak sabaran

chika langsung menggandeng tangan tian untuk segera bangkit dari duduknya karena dia tidak sabaran untuk mengetahui tempat yang akan mereka tuju.

tian yang kewalahan hanya mengikuti chika dari belakang sambil tersenyum rasanya sangat bahagia bisa dekat dengan seseorang yang dia cintai, apalagi sekarang status mereka yang jelas membuat hal itu makin indah namun dibalik kebahagiaan itu terdapat kesedihan yang dalam sebab tian belum bertemu dengan ayah chika, bukan karena dia tidak mau tetapi chika masih enggan dan terus melarangnya.

***

Tian dan chika sekarang sudah berada disebuah danau yang begitu indah dulu tian sering berolahraga disini.

"wihh ko aku gatau ya tempat kaya gini deket lagi" ucap chika senang

"makannya jangan belajar mulu" ledek tian

"ihh kan biar aku pinter tiann, biar ayah bisa bangga sama aku" ucap sendu chika

"sayang, aku bangga sama kamu bangga banget walaupun didunia ini ga ada satupun yang bangga sama kamu masih ada aku yang akan selalu bangga sama kamu dan tentunya sayang banget sama kamu, i am so proud of you and love you so much " ucap tian menatap dalam mata kekasihnya

chika yang tersentuh akan ucapan yang dilontarkan oleh tian tak sengaja meneteskan air matanya membuat tian panik.

"eh sayang kenapa nangis? aku ada salah ngomong ya?" panik tian

"hiks a-aku gapapa cuman aku tersentuh aja sama ucapan kamu barusan hiks ternyata cowo aku dewasa banget ya, makin sayang deh" ucap chika yang berusaha menghentikan air matanya sambil tersenyum

"aku juga sayang banget sama kamu sayang" ucap tian menarik chika ke dalam pelukannya

mereka kini tengah berpelukan sambil menatap danau didepannya, tak terasa hari sudah mulai larut malam tian lalu mengantarkan chika pulang ke rumahnya.

***

sampainya dirumah chika tian langsung pamit untuk segera pulang.

"aku pulang dulu ya nanti aku kabarin kalau udah sampe rumah dadah sayang" pamit tian

"dadah" lambai chika tersenyum melihat motor tian menjauh dari halaman rumahnya

chika berbalik dan berjalan menuju rumahnya saat dia memasuki rumahnya ternyata disana terdapat ayah chika dan aran.

"habis dari mana kamu chika?" tanya ayah chika saat chika memasuk rumahnya

"habis main yah, sama temen" jawab chika menunduk

"ya udah ini ada aran kamu temenin dulu, ayah masih ada kerjaan" ucap ayah chika langsung pergi dari sana menuju ruang kerjanya

"sini chik duduk disebelah aku" ajak aran tersenyum sambil menepuk sofa sampingnya

"kamu pulang gih ran, aku cape mau istirahat" ucap chika ingin melangkahkan kakinya pergi

"mau aku aduin semuanya ke ayah kamu? kamu kira aku gatau kalau kamu habis jalan sama selingkuhan kamu itu?" ancam aran

"ran plis deh ga usah ikut campur urusan aku" bantah chika

"loh urusan aku dong, kamu tunangan aku ko malah berhubungan sama cowo lain?" ucap aran tak terima

"ran aku ga suka sama kamu jadi pliss batalin pertunangan ga jelas ini" ucap chika memohon pada aran

"kurang sabar apa si aku sama kamu chik?" tanya aran sedikit mengeraskan suaranya

"ran aku mohon" mohon chika

aran yang dibuat emosi hanya mengembuskan nafasnya kasar dan mendekati chika, chika yang takut hanya berdiam diri sambil menutup kedua matanya.

namun tidak ada tanda tanda aran melakukan sesuatu kepada dirinya, sekarang malah terlihat aran yang melangkahkan kakinya menuju atas.

"ARAN MAU KEMANA?" teriak chika
aran hanya diam saja, chika segera menyusul aran dengan cara berlari namun usahanya tak ada hasil aran sudah masuk terlebih dahulu ke ruang kerja milik ayah chika.

chika yang panik tak tau harus berbuat apa daritadi dia hanya berjalan bolak balik didepan pintu kerja ayahnya, setelah lama menunggu terdengar suara pintu terbuka.







waduh waduhh...



#jangan lupa vote dan komen
terimakasih banyak semuanya

IKATAN TAKDIR S2 [CH2] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang