"Cari siapa?" Tanya pemuda di depannya.
"Kak Sungchan." Jawab Wonbin pelan, pemuda tadi mengangguk.
"Lo, Wonbin?" Wonbin mengangguk meski bingung, darimana kakak kelasnya itu namanya?
Membalikkan tubuhnya, Wonbin menunggu Sungchan dengan menatap depan kelas pemuda tampan itu.
"Wonbin." Pemuda manis itu menoleh.
"Kak Sungchan, soal omongan kamu—"
"Oh, udah?"
"Jadi bener, ini ulah kakak kamu?" Tanya Wonbin, nadanya tampak marah.
Sungchan terkekeh pelan, "gua bilang juga apa, nurut." Katanya.
"Dimana uangnya sekarang, kasih ke aku."
"Gua gak tau."
"Kak!"
"Apa sayang?" Wonbin menggelengkan kepalanya, pemuda manis itu menatap Sungchan dengan mata berkaca-kaca.
"Kenapa nangis, hm?" Tangan Sungchan terulur mengusap pipi Wonbin, dengan cepat Wonbin singkirkan.
"Udah bell, ayo gua anter ke kelas." Sungchan menarik tangan Wonbin sedikit paksaan menuju kelas pemuda manis itu, saat beberapa siswa menatap mereka sejak tadi.
"Kak."
"Bawel."
...
"Ada apa?" Tanya Jeno, pria tampan itu menatap Jaemin yang tak fokus bekerja sejak tadi.
"Tidak tuan."
"Kamu tak fokus sejak tadi, ada yang menganggu pikiranmu?" Tanya Jeno lagi, pria tampan itu menatap Jaemin yang kini menunduk.
"Ceritakan saja, siapa tau saya bisa bantu." Kata Jeno, pria tampan itu menghisap rokok ditangannya.
"Ada sedikit masalah, tapi nggak apa-apa." Jawab Jaemin.
"Jika hanya sedikit masalah kamu nggak mungkin gak fokus seperti ini." Ucap Jeno, Jaemin hanya menggelengkan kepalanya.
"Apa ini soal Jali?" Tanya Jeno, Jali adalah pria yang kemarin mendatangi Jaemin untuk menagih hutang.
"Diam berati benar." Jeno membuang puntung rokoknya, mengangkat dagu Jaemin untuk menatap kearahnya.
"Tawaran saya masih berlaku, kamu pikirkan baik-baik." Jeno kemudian berlalu meninggalkan Jaemin yang terdiam.
Saat waktunya pulang Jaemin berjalan cepat menuju rumah, pria manis itu mencari dimana keberadaan uangnya sebelum Jali datang menagihnya.
Namun nihil, uang itu tidak ada. Jaemin menangis, pemuda manis itu meremas rambutnya.
"Ya Tuhan, tolong aku." Lirih Jaemin.
Cukup lama menangis, hingga suara ketukan pintu yang terdengar keras membuat Jaemin tersentak.
Jantungnya berdetak kencang, pria manis itu menghapus air matanya dengan tangan sedikit gemetar.
Bangkit untuk membukakan pintu, mendapatkan Jali dengan tatapan datar menatap kearahnya.
"Mana?" Tanya Jali, Jaemin menggeleng tentu membuat pria itu naik pitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
mas jeno | nomin
FanfictionJeno membayar semua hutang keluarga Jaemin, tapi dengan syarat pria manis itu harus menikah dengannya.