20

2.2K 180 8
                                    


Tiga hari berlalu, baik Jeno Jaemin, Sungchan Wonbin, beberapa pekerja juga merasakan perbedaannya. Seperti bisa bernafas dengan lega, tanpa harus menahan kesal pada satu orang yang bersikap semaunya disini.

"Tuan Jeno." Jeno menoleh, mendapatkan salah satu pekerjaannya. Mengingatkan pada Jeno jika acara yang di buat kepala desa akan dilaksanakan hari ini, Jeno mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

Jujur saja dirinya sedikit lupa, untung di ingatkan.

"Peresmian kantor desa yang baru, mas?" Tanya Jaemin, Jeno mengangguk.

Kantor desa tak di pindahkan, hanya saja di perbarui. Untuk peresmiannya diakan hari ini, Jeno jelas di undang. Selain peresmian, akan ada acara makan bersama untuk seluruh warga desa.

Acaranya terbilang besar, karena seluruh warga terlibat. Mungkin ada beberapa warga yang memilih diam di rumah, atau pemuda nya.

"Kita berangkat lebih awal?" Tanya Jaemin, Jeno mengangguk.

"Sungchan sama Wonbin?"

"Nanti mereka menyusul setelah istirahat."

"Baiklah."

"Nana siapkan baju mas lebih dulu." Jaemin beranjak, ternyata Jeno mengikutinya.

Pria itu duduk di tepi ranjang, menatap Jaemin yang melihat pakaian apa yang cocok untuk Jeno kenakan tentu dengan persetujuan pria tampan itu.

"Mas akan pakai selagi itu pilihan Nana." Kata Jeno, saat Jaemin bertanya ingin memilih baju di tangan kanan atau tangan kirinya.

Jaemin menghela nafas pelan, pemuda manis itu kemudian memilih yang menurutnya cocok untuk Jeno.

"Pojok kiri kantor desa, ada cctv." Kata Jeno membuat Jaemin yang kembali menaruh pakaian yang tidak dirinya pilih, menoleh kearah Jeno dengan bingung.

"Hanya mengingatkan." Jaemin mengangguk meski bingung.

...

Jaemin kira mereka berangkat lebih awal, ternyata ada beberapa warga yang lebih awal dari mereka.

Beberapa dari mereka menyapa membuat keduanya tersenyum kemudian melangkah masuk ke dalam kantor desa.

"Tuan Jeno." Sapa kepala desa, Jeno tersenyum.

"Ada yang ingin saya bicarakan sebentar." Katanya, Jeno mengangguk.

Menatap Jaemin yang di balas anggukan oleh pria manis itu.

"Nana tunggu mas di sana."

"Tunggu sebentar." Jaemin mengangguk, membiarkan Jeno berlalu dengan kepala desa sementara dirinya mendekat menuju sofa untuk menunggu.

Saat diam menatap sekitar dan mengalihkan pandangannya pada ponsel, terdengar suara langkah kaki mendekat. Pria manis itu lantas mendongak, menatap seseorang yang berdiri dengannya.

Bersedekap dada menatap Jaemin, tatapan remeh itu membuat Jaemin menghela nafas lelah.

Jaemin kira pemuda itu tak akan mengganggunya lagi, ternyata dirinya salah. Entah apa yang ada dalam otak kecilnya itu.

"Tuan-ah bukan, kenapa juga gue harus panggil lo pake embel-embel tuan? Padahal udah jelas gue lebih di atas Lo." Ucap pemuda itu.

"Karena kamu berdiri, jadi diatas saya." Pemuda itu terkekeh, bodoh sekali pria manis yang berada di depannya. Bahkan tak mengerti dengan perkataannya, padahal apa yang Jaemin katanya ada benarnya juga.

mas jeno | nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang