---
Bel istirahat berdering nyaring, memecah keheningan di kelas.
Drekk..
"Eh, maaf, nggak sengaja," ucap seorang siswa dengan gugup setelah tanpa sengaja menyenggol meja teman sekelasnya, membangunkannya dari lamunan.
Siswa yang terbangun itu perlahan mengangkat kepalanya, menatap tajam pada sosok di depannya.
"M-maaf, Han," katanya dengan suara bergetar.
"Udah, ayo. Ntar kita telat ke kantin," teman si siswa tersebut menarik tangannya dengan tergesa-gesa, menambahkan dengan nada tak sabar, "Dia emang aneh," kata teman itu, seolah memberikan penjelasan padanya.
Mereka berdua pergi, meninggalkan Hanjin yang masih terpaku menatap kepergian mereka hingga bayangan mereka lenyap di balik pintu kelas.
"Dasar orang-orang ceroboh," gumam Hanjin pelan, sebelum akhirnya memalingkan wajahnya, memandang ke arah luar melalui jendela kelas, mencari pelarian dari kegaduhan di sekitarnya.
Beberapa siswa terlihat asyik bermain basket di lapangan, terlihat jelas dari lantai tiga tempat Hanjin berada.
Merasa bosan melihat orang-orang yang tidak dikenalnya, Hanjin menghela napas pelan. Ia lalu kembali menatap bukunya, memasang earphone di kedua telinganya, dan kembali tenggelam dalam dunia belajar.
Menurut Hanjin, dunia akan menjadi tempat yang damai jika semua orang berpikir sepertinya. Seorang yang mandiri, yang mengandalkan dirinya sendiri, dan tidak memerlukan orang lain, seperti dirinya.
Waktu berlalu, dan akhirnya kelas pun berakhir, meninggalkan Hanjin dalam keheningan yang ia ciptakan sendiri.
Drettt... drettt...
Handphone Hanjin bergetar di meja saat ia bersiap untuk pulang. Getarannya yang berulang kali menarik perhatiannya dari buku yang sedang dikemas. Melihat nama ibunya tertera di layar, ia segera mengangkat panggilan tersebut.
MAMA ❤️
"cepat pulang!"
"aku dalam perjalanan ma"
"baiklah hati hati dan jangan terlambat"
"iya mama"
Tut...
Panggilan telepon berakhir, dan Hanjin segera melangkah keluar gedung, melewati koridor yang mulai sepi.
"Nilai-ku bagus dan besok adalah hari ulang tahun-ku. Apakah mereka akan merayakannya?" tanya Hanjin pada dirinya sendiri, suara pikirannya bergema di antara langkah-langkahnya yang teratur.
"Katanya sweet seventeen itu spesial," lanjutnya sambil tersenyum. Membayangkannya saja sudah cukup untuk membuat hatinya hangat dan dipenuhi kebahagiaan.
dughh...
Hanjin terjatuh, tubuhnya terhempas ke tanah ketika bola basket mengenai kepalanya dengan keras. Semua siswa di lapangan basket segera bergegas menghampirinya, wajah-wajah mereka penuh kekhawatiran.
"Kamu baik-baik saja?" tanya seorang siswa dengan nada panik, mencoba menyadarkan Hanjin yang terlihat pusing dan mungkin akan pingsan.
"Bawa ke UKS, buruan!" seru siswa lainnya dengan suara mendesak.
"Aku akan melakukannya," kata Dohoon dengan tegas, menawarkan dirinya. Tanpa ragu, ia langsung menggendong tubuh Hanjin yang lebih kecil dari dirinya, membawa Hanjin menuju UKS dengan langkah cepat namun hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE YOU HAPPY !!
Teen FictionHanjin, seorang siswa SMA yang merasa hidupnya tidak berarti, mencapai titik terendah dan berniat mengakhiri hidupnya. Namun, saat putus asa, ia dihadapkan pada tawaran misterius untuk memasuki sebuah game simulasi. Dalam game tersebut, Hanjin harus...