12 | game over

102 21 2
                                    

guys maaf ya cerita nya ga nyambung
first story soalnya


Awan mendung perlahan menelan bulan purnama, membuat malam yang awalnya terang menjadi gelap. Di rumah sakit, ketegangan memenuhi ruangan tempat Dohoon masih terbaring tak sadarkan diri. Semua orang menunggu dalam diam, berharap Hanjin segera datang dengan selamat.

Kyungmin, yang duduk di dekat jendela, melihat ponselnya bergetar dan melihat notifikasi. "Apa? Hanjin live," katanya dengan nada terkejut. Mendengar itu, Jihoon, Youngjae, dan Shinyu segera berkumpul di sekitarnya, wajah mereka penuh kekhawatiran.

"Ini... apa ini?" Kyungmin terkejut melihat tayangan live di ponsel. Di layar, Hanjin dan Davin tampak berdiri di tebing yang mereka kenali, tempat yang sudah terkenal karena pemandangannya yang indah tapi berbahaya. Suasana di sana terlihat tegang dan berbahaya, dengan angin malam yang berhembus kencang.

Shinyu, yang sudah cemas sejak tadi, kini tampak pucat. "Ini di mana?" tanyanya dengan nada panik. Tanpa menunggu jawaban, Shinyu berlari keluar ruangan, matanya dipenuhi amarah dan kecemasan.

"Shinyu! Youngjae!" Jihoon memanggil, namun Shinyu terus berlari, dengan Youngjae mengejar di belakangnya. Jihoon menghela napas, menoleh sejenak ke arah Kyungmin. "Tetap di sini, jaga Dohoon!" pintanya dengan suara tegas sebelum mengikuti dua temannya.

Kyungmin berdiri mematung, hatinya diliputi ketakutan. "Aku takut... pastikan Hanjin baik-baik saja," gumamnya pelan, matanya kembali menatap layar ponsel yang menampilkan siaran langsung Hanjin di tebing. Jihoon mengangguk singkat sebelum bergegas keluar, bertekad untuk menemukan Hanjin dan memastikan semuanya baik-baik saja.

-----

Rintik-rintik hujan mulai turun, seolah alam turut merasakan kesedihan atas apa yang menimpa Hanjin. Angin semakin kencang, membawa hawa dingin yang menusuk tulang. Davin berdiri di tepi tebing, melihat ke bawah dengan senyum puas. Tawa kecil terdengar dari bibirnya saat ia yakin bahwa Hanjin sudah tidak mungkin selamat. Tanpa menyadari bahaya yang mengintai, Davin berbalik meninggalkan tebing itu. Ia tak sadar bahwa kamera kecil sudah dipasang oleh Hanjin, merekam setiap kejadian.

Suara sirine polisi mulai terdengar, mendekat dengan cepat. Davin menoleh, panik. Matanya membesar saat ia melihat beberapa polisi berlari ke arahnya. Menyadari situasinya, Davin mencoba kabur, berlari menuju hutan yang lebih gelap.

"Brengsek!" Shinyu tiba-tiba muncul dari balik pohon, melompat dan memukul Davin dengan keras, membuatnya terjatuh. Amarah Shinyu membara, matanya merah karena kemarahan. Ia menendang Davin yang terkapar di tanah, terus melampiaskan kekesalannya.

Jika Youngjae dan Jihoon tidak segera menahan Shinyu, mungkin Davin hanya tinggal nama. "Berhenti, Shinyu..." Youngjae memegang lengan Shinyu erat-erat, begitu juga dengan Jihoon. Mereka berusaha keras menenangkan temannya yang terbakar amarah.

"Brengsek! Mati lah!" Shinyu masih berteriak, kakinya menendang Davin sekali lagi sebelum akhirnya ditahan oleh Jihoon dan Youngjae.

Davin kebingungan, wajahnya pucat saat polisi akhirnya memborgolnya. "Ada apa ini?" gumamnya tak percaya, kesombongan di wajahnya berubah menjadi ketakutan.

Setelah Davin dibawa ke mobil polisi, Shinyu, Youngjae, dan Jihoon bergegas ke tepi tebing. Mereka memandang ke bawah, berusaha mencari tanda-tanda kehidupan Hanjin.

"Di mana penyelam? Seseorang jatuh di bawah sana!" teriak Youngjae dengan suara cemas kepada polisi yang berada di dekatnya.

"Cuaca saat ini tidak mendukung, tapi kami akan—" Polisi itu belum selesai berbicara ketika Shinyu memotong dengan penuh emosi, "Temanku jatuh! Dia butuh bantuan sekarang!" Suaranya serak, hampir putus asa.

MAKE YOU HAPPY !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang