10 | wounded

116 23 3
                                    

Hari demi hari berlalu, dan rutinitas mereka kembali mengambil alih. Di sekolah, suasana pagi dipenuhi dengan suara bel yang berdering, menandakan awal hari baru. Shinyu, yang biasanya terlihat serius, terlihat lebih fokus dari sebelumnya saat berlatih di lapangan, keringat mengalir deras di dahi saat ia mengasah kemampuannya dengan tekun. Sementara itu, Hanjin mengikuti kegiatan kelas dengan penuh semangat, tetap mengingat keceriaan dari hari sebelumnya.

Di kelas, teman-teman mereka melakukan aktivitas seperti biasa Kyungmin dan Jihoon duduk berdampingan di meja, berbagi lelucon yang membuat seluruh kelas tertawa. Dohoon, yang kembali sibuk dengan tugas-tugasnya, terlihat lebih tenang, sementara Youngjae tetap dengan karakternya yang pendiam namun penuh perhatian.

Setiap hari tampaknya mengikuti ritme yang sama, dari pelajaran pagi hingga latihan sore, dengan Shinyu yang terus berusaha keras untuk meningkatkan performa nya dan Hanjin yang turut mendukungnya dengan penuh semangat. Mereka menjalani hari-hari yang penuh dengan aktivitas, berulang dari hari ke hari.belajar, berlatih, dan bertemu dengan teman-teman.

Di luar sekolah, mereka juga melakukan kegiatan rutin mereka. Shinyu melanjutkan latihan dan Dohoon menjalani rutinitas yang telah menjadi bagian dari hari-harinya. Begitu juga dengan Youngjae, yang tetap sibuk dengan urusannya sendiri. Hari-hari mereka mengalir dalam siklus yang tampak familiar, namun tetap menyimpan kekayaan kecil dari momen-momen yang mereka bagi bersama.

Dua hari sebelum pertandingan besar Shinyu, sore itu mereka berdua berada di lapangan, beristirahat setelah sesi latihan yang melelahkan. Shinyu dan Hanjin duduk di rumput hijau, angin sepoi-sepoi yang berhembus lembut memberikan rasa sejuk di tengah kelelahan mereka.

"Saat kamu berlari," tanya Hanjin, memecah keheningan, "apa yang membuatmu begitu cepat? Apa motivasimu?"

Shinyu terdiam sejenak, merenung dengan tatapan kosong ke arah garis finish yang telah ditandai di lapangan. Kemudian, dengan senyum lembut, ia menjawab, "Aku membayangkan seseorang yang sedang menungguku di garis finish. Itu memberiku dorongan ekstra, seolah-olah ada seseorang yang sangat berarti sedang menungguku untuk meraih tujuan."

Hanjin terkekeh, sedikit terkejut dengan jawaban tersebut. "Aku kira kamu membayangkan akan dikejar sesuatu," ujarnya sambil tertawa kecil, mencoba meringankan suasana.

Shinyu tertawa bersama Hanjin, meskipun senyum di wajahnya tetap penuh makna. "Kadang-kadang, membayangkan seseorang yang kita hargai sedang menunggu bisa menjadi motivasi yang lebih kuat daripada rasa takut akan kegagalan."

Mereka berdua terus berbincang dengan santai, menikmati waktu yang mereka miliki sebelum Senja mulai menurunkan tirainya, menandakan akhir dari hari yang produktif dan awal dari harapan yang akan datang.

Saat mereka duduk di lapangan, suasana menjadi lebih tenang saat matahari mulai terbenam. Hanjin, yang tampaknya ingin menyampaikan sesuatu yang serius, memulai dengan nada yang lebih dalam. "Jika suatu hari nanti..."

Namun, Shinyu dengan cepat memotong kata-katanya, seolah sudah bisa menebak arah pembicaraan Hanjin. "Jangan," ujar Shinyu tegas, matanya menatap lurus ke depan, menandakan ketidaknyamanannya.

Hanjin mengangguk, menyadari bahwa topik tersebut mungkin tidak tepat untuk saat ini. "Aku mungkin..."

"Berhenti berbicara, aku tidak mau mendengarnya," Shinyu memotong lagi, suaranya tegas namun penuh pengertian. Ia jelas ingin menjaga suasana tetap nyaman dan tidak ingin membiarkan pembicaraan tersebut merusak momen mereka.

Hanjin, yang merasa memahami maksud Shinyu, tersenyum lembut. "Maaf, jika begitu ayo pulang. Sudah mulai gelap."

-------

MAKE YOU HAPPY !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang