S | hanhanz

93 14 1
                                    

Jihoon sedang berlatih sendirian di ruang dance sekolah. Musik memenuhi ruangan, dan gerakan tubuhnya mengikuti setiap beat dengan sempurna. Keringat mengalir di pelipisnya, namun fokusnya tak terganggu sedikit pun. Ia terus bergerak dengan penuh semangat, meskipun jam ekskul sudah lama selesai.

Di luar ruangan, Hanjin baru saja menyelesaikan ekskul fisika. Saat berjalan melewati ruang dance, langkahnya terhenti. Ia melihat Jihoon dari balik jendela, terpukau oleh bagaimana Jihoon bergerak dengan begitu lincah dan mengagumkan, seolah setiap gerakan adalah ekspresi jiwa. Gerakan Jihoon tak hanya cepat dan kuat, tapi juga memiliki kehalusan yang membuat tarian itu begitu menawan.

Hanjin berdiri di sana, tanpa sadar tersenyum. Ada sesuatu yang begitu memikat dalam cara Jihoon melakukan dance seolah dunia di sekitarnya tak lagi ada.

Hanjin melangkah masuk ke ruangan tersebut dengan senyum di wajahnya. Jihoon, yang baru saja berhenti untuk mengambil napas, langsung menoleh ketika mendengar suara tepuk tangan Hanjin.

"Bagus... kamu mahir melakukannya," puji Hanjin tulus, senyumnya lebar.

Jihoon hanya tersenyum, sedikit kelelahan tapi puas dengan pujian itu. "Terima kasih."

"Kamu sudah selesai? Ayo pulang. Sudah sore," ajak Hanjin sambil melirik jam di tangannya.

Jihoon mengangguk, "Oh... sebentar." Ia bangkit, mengambil handuk dan botol minumnya, lalu mulai mengemasi barang-barangnya. Sesekali, ia masih tersenyum kecil, merasa dihargai atas usahanya. Setelah memastikan semuanya siap, ia berjalan menuju Hanjin.

"Sudah, ayo," katanya sambil memasang tas di bahunya.

"Di mana yang lain?" tanya Jihoon, memecahkan keheningan saat mereka berjalan keluar.

"Mereka semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aku rasa tak apa pulang bersama kamu," jawab Hanjin dengan santai, melirik Jihoon.

Jihoon tersenyum kecil, mengingat kesan pertamanya tentang Hanjin. "Aku kira kamu orang yang sombong dan dingin."

Hanjin tertawa ringan, hampir geli dengan bayangan dirinya yang sombong. "Haha... mahluk selucu dan seimut aku, sombong? Tentu tidak."

Jihoon menatapnya sebentar, lalu mengangguk. "Kamu baik..." tambahnya tulus, senyuman lembut menghiasi wajahnya.

Hanjin hanya menanggapinya dengan senyum hangat, keduanya terus berjalan dalam kehangatan sore itu.

"Aku rasa kita harus berpisah di sini," kata Jihoon ketika mereka tiba di halte bus.

"Benar... rumah kita beda arah," jawab Hanjin dengan sedikit nada sedih, meski ia mencoba tersenyum.

Bus rute rumah Jihoon tiba, dan Jihoon mulai melangkah ke pintu. "Aku duluan ya... pulanglah dengan selamat," serunya sambil melambaikan tangan.

"Iya... kamu juga hati-hati," balas Hanjin.

Jihoon berbalik sebentar dan berkata dengan santai, "Ngapain, harusnya kamu bilang itu kepada supir."

Hanjin tertawa kecil, mau heran tapi begitulah Jihoon. "Udah, sana!" serunya dengan senyum lebar, sambil melambaikan tangan untuk terakhir kalinya.

Hanjin duduk di halte, matanya kosong melamun, tak menyadari kehadiran Shinyu yang kini sudah berdiri di sampingnya.

"Kamu meninggalkan aku," ucap Shinyu dengan nada cemberut, seakan ngambek.

"Loh? Shinyuu!" Hanjin tersentak, lalu menatap temannya.

"Hehehe, aku kira kamu sudah pulang. Kamu nggak ada di lapangan tadi," Hanjin mencoba mencari alasan.

"Aku mencarimu ke seluruh sekolah..." Shinyu menambahkan dengan suara sedikit datar, tapi jelas.

MAKE YOU HAPPY !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang