Hanjin berjalan cepat, hampir berlari, dengan plastik roti di tangannya, matanya sibuk mencari-cari sosok Youngjae yang tadi berlari keluar dari toko. "Di mana dia?" gumamnya cemas, pandangannya menyapu setiap sudut jalan yang sepi.
Beberapa saat kemudian, Hanjin akhirnya menemukan Youngjae, duduk di sebuah tangga jalan yang remang-remang. Cahaya lampu jalan yang lemah hanya sedikit menerangi wajah Youngjae, menampilkan bayangan lelah dan gusar. Hanjin mendekat perlahan, berhati-hati agar tidak mengejutkannya.
"Youngjae... kamu baik-baik saja?" tanya Hanjin dengan suara lembut, nada khawatir tak bisa disembunyikan.
Youngjae mengerutkan kening, berusaha keras untuk mengontrol emosinya yang bergemuruh. "Tinggalkan aku..." desisnya, suaranya penuh dengan ketegangan.
Hanjin bisa merasakan ketidaknyamanan yang dirasakan Youngjae, dan ia tahu ini mungkin bukan tempatnya untuk ikut campur. "Baiklah," jawabnya pelan, mencoba menghormati perasaan Youngjae. "Tapi kalau kamu butuh bantuan, aku siap membantu..." lanjutnya, sebelum melangkah melewati Youngjae, memberikan ruang yang dibutuhkannya.
Saat Hanjin mulai menjauh, Youngjae tiba-tiba menatap punggungnya, suaranya terdengar rendah dan penuh kebingungan, "Kamu siapa?"
Hanjin berhenti sejenak, menoleh dengan bingung, tak menyangka akan pertanyaan itu.
"Kenapa kamu selalu ikut campur?" tanya Youngjae lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas, matanya tajam mengunci pada Hanjin.
Hanjin terdiam, memikirkan pertanyaan Youngjae. Sebenarnya, ia sendiri tidak tahu mengapa ia begitu peduli, mengapa ia terus saja terlibat. Di dalam dirinya, ada rasa yang tidak bisa dijelaskan, seolah-olah ia adalah versi yang berbeda dari dirinya yang biasanya, sebuah kepribadian yang hanya muncul di dalam permainan ini.
Tanpa menjawab, Hanjin akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya, membiarkan kata-kata Youngjae menggantung di udara malam yang sunyi. Langkahnya terasa lebih berat, namun ia tahu bahwa tidak ada gunanya mencari jawaban sekarang. Di dalam hati, ia merasa bahwa permainan ini membawa sisi dirinya yang bahkan tidak pernah ia kenal sebelumnya.
-------
Pagi di akhir pekan datang dengan lembut di rumah Dohoon yang mewah. Sinar matahari pertama menyelinap masuk melalui jendela besar yang menjulang tinggi, menyelimuti kamar dengan cahaya keemasan yang hangat. Tirai berwarna krem melambai lembut tertiup angin pagi, memberikan suasana yang tenang dan menenangkan.
Kamar tidur Dohoon luas dan elegan, dengan dinding yang dihiasi lukisan-lukisan berkelas dan perabotan yang dipilih dengan cermat. Tempat tidurnya yang besar, dengan seprai putih bersih dan bantal empuk, masih terlihat sedikit berantakan saat Dohoon mulai terbangun. Ia menggeliat perlahan di antara selimut, matanya perlahan membuka dan terbiasa dengan cahaya pagi yang lembut.
Dohoon melangkah turun dengan santai ke lantai bawah, menuju dapur di mana aroma masakan segar sudah mulai memenuhi udara. Saat ia memasuki dapur yang luas dengan desain modern namun hangat, ia melihat bibi yang tengah sibuk mengolah sarapan.
"Kamu sudah bangun? Ayah dan ibumu baru saja pergi bekerja beberapa menit yang lalu," seru bibi sambil tersenyum, meskipun tangannya tetap lincah bekerja. "Ayo duduk, bibi akan siapkan sarapan untukmu."
Dohoon hanya mengangguk pelan, menerima kenyataan bahwa kehadiran orang tuanya yang singkat di pagi hari adalah hal yang biasa bagi dirinya. Ia tahu, dalam rumah besar ini, keheningan yang menyelimuti sering kali menjadi teman setianya.
Saat ia duduk di meja makan dan mulai menyantap sarapannya, bibi mencoba untuk mengajaknya mengobrol, mungkin dengan niat untuk mengusir sepi yang sering kali menyelimuti suasana rumah ini. Meski begitu, Dohoon tetap tenang dan tidak banyak bicara, menikmati sarapannya dalam diam.
![](https://img.wattpad.com/cover/373913941-288-k58621.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE YOU HAPPY !!
Teen FictionHanjin, seorang siswa SMA yang merasa hidupnya tidak berarti, mencapai titik terendah dan berniat mengakhiri hidupnya. Namun, saat putus asa, ia dihadapkan pada tawaran misterius untuk memasuki sebuah game simulasi. Dalam game tersebut, Hanjin harus...