---Malam itu sunyi, hanya suara angin yang berbisik lembut melalui pepohonan di sepanjang jalan sepi di pedalaman. Lampu jalan yang jarang dan remang-remang menambah kesan kesunyian, membuat setiap langkah terdengar jelas di antara keheningan. Hanjin menepuk-nepuk tubuh Shinyu, mencoba menenangkan kesedihan di hati shinyu. Setelah beberapa saat, Shinyu perlahan melonggarkan pelukannya, matanya yang sayu menatap Hanjin penuh makna.
Hanjin, yang masih terkejut dengan emosi yang tiba-tiba muncul, mengusap air mata yang mengalir di wajah Shinyu dengan lembut. "Kamu merasa lebih baik sekarang?" tanyanya, suaranya rendah namun penuh perhatian.
Shinyu tidak langsung menjawab. Ia hanya terus menatap Hanjin, mencari kata-kata yang tepat di tengah lautan perasaan yang berkecamuk. Akhirnya, ia berbisik, "Terimakasih."
Hanjin mengerutkan kening, kebingungan menghampirinya. Dia merasa belum melakukan apa-apa yang berarti untuk Shinyu, namun rasa syukur yang terpancar dari mata shinyu begitu tulus. "Untuk apa?" tanyanya dengan penasaran.
Shinyu menundukkan kepalanya sebentar, sebelum akhirnya berkata dengan suara pelan, "Untuk segalanya..."
Hanjin, ingin menghibur Shinyu yang masih tampak tenggelam dalam kesedihan, tiba-tiba tersenyum ceria. "Ayo makan es krim... Aku akan mentraktirmu," ucapnya dengan nada ringan, berharap bisa membawa kembali keceriaan di wajah shinyu. Tanpa menunggu jawaban, ia dengan lembut menarik tangan Shinyu, membimbingnya keluar dari keheningan menuju toserba terdekat yang masih buka di malam yang tenang itu.
Shinyu hanya bisa mengikuti langkah Hanjin, membiarkan hanjin memimpin jalan. Perasaannya campur aduk-terasa berat, namun ada sedikit kehangatan yang mulai merayap di sudut hatinya. Di tengah kebingungan dan kesedihannya, Shinyu merasa sedikit lebih ringan, seolah beban di pundaknya mulai terkikis dengan kehadiran Hanjin yang ceria dan perhatian.
Hanjin tersenyum lembut, lalu menunjuk sebuah kursi kayu di depan toserba. "Tunggu di sini sebentar... Aku akan membeli es krim," ujarnya, seolah memberikan perintah yang tak bisa ditolak. Shinyu hanya mengangguk tanpa suara, menuruti ajakan Hanjin dan duduk di kursi yang agak usang itu.
Sementara Hanjin masuk ke dalam toko, Shinyu mendongak, menatap langit malam yang bertabur bintang. Udara malam yang sejuk terasa menenangkan, dan sinar bintang yang redup seakan berusaha menghibur hatinya yang masih terasa berat. Kilau bintang-bintang itu seperti mengingatkan Shinyu akan momen-momen yang berlalu, tetapi juga memberi harapan, seolah menegaskan bahwa meski gelap, selalu ada cahaya kecil yang menerangi.
Di tengah kesunyian malam, Shinyu merasa anehnya nyaman, duduk sendirian, tapi tidak merasa sendiri-ada perasaan hangat yang mulai mengalir, mungkin karena kehadiran seseorang yang peduli padanya, walaupun baru saja mereka saling mengenal lebih dekat.
Hanjin menyerahkan es krim itu kepada Shinyu dengan senyum hangat, lalu duduk di sampingnya. Keduanya diam sejenak, menikmati dinginnya es krim yang meleleh di mulut, sambil memandangi langit malam yang berhiaskan bintang-bintang. Suasana di sekitar mereka sunyi, hanya ditemani oleh gemerisik angin malam dan cahaya lampu jalan yang redup.
"Kamu tahu, Shinyu," ujar Hanjin, suaranya lembut namun sarat dengan kejujuran, "Terkadang, nggak apa-apa kalau kita merasa lelah dengan semuanya. Aku bisa mengerti bagaimana perasaanmu, tapi kita nggak bisa memilih siapa orang tua kita."
Shinyu menoleh perlahan, melihat Hanjin yang menatapnya dengan tatapan penuh pengertian. Kata-kata Hanjin meresap dalam dirinya, mengingatkannya pada kenyataan yang selama ini dia coba lupakan. Namun, ada sesuatu dalam nada suara Hanjin yang membuatnya merasa tidak sendirian.
"Tapi," lanjut Hanjin, "Kita bisa memilih bagaimana kita menghadapi hidup ini. Setiap orang punya beban masing-masing, dan aku yakin kamu punya kekuatan untuk melewati semua ini. Aku akan selalu ada di sini kalau kamu butuh teman."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE YOU HAPPY !!
Teen FictionHanjin, seorang siswa SMA yang merasa hidupnya tidak berarti, mencapai titik terendah dan berniat mengakhiri hidupnya. Namun, saat putus asa, ia dihadapkan pada tawaran misterius untuk memasuki sebuah game simulasi. Dalam game tersebut, Hanjin harus...