The Kings Hotel & Residence, Daher Reu.
"Lo nggak bawa baju selain ini?" Wita mengangguk meskipun Jenar tidak akan bisa melihatnya karena wanita itu sekarang tengah memunggunginya, kelihatan sibuk membongkar koper milik Wita di atas ranjang kamar hotel Wita.
Setelah menghabiskan waktu breakfast bersama-sama, Jenar mendadak mengekori Wita sampai ke kamarnya.
Sebenarnya Wita juga tidak mau terlalu percaya diri yang nantinya akan melukai dirinya atau bahkan membuatnya malu sendiri, tapi dia menduga kalau kelakuan Jenar tadi dan sekarang ini ada hubungannya dengan Mila. Setelah mendapatkan informasi dari Rawi semalam kalau Mila terus-terusan menghubunginya untuk membuat jadwal agar bisa bertemu dengannya yang kebetulan ada di Daher Reu, sikap Jenar memang agak berubah.
Kedua alis Wita terangkat waktu tubuh Jenar berbalik menghadapnya, "Kenapa bawa baju segitu aja, sih?" tanyanya sambil bertolak pinggang.
"Kenapa memangnya?" tanya Wita balik, ikut heran juga karena tingkah aneh Jenar. "Gue bawa segitu karena memang gue ke sini cuma sebentar aja. Buat apa bawa baju banyak-banyak?"
Jawaban yang diberikan Wita masuk akal, kan?
Dengan sisa 2 kemeja, celana jeans, dan chino pants, Wita bahkan menyebut dirinya berlebihan karena dia hanya menginap satu malam saja di Daher Reu. Dan, Jenar barusan mengatakan apa?
"Siapa yang packing? Yang milih ini semua siapa?" Jenar menunjuk koper dengan telunjuknya yang mengarah acak.
"Gue sendiri." Selain Wita sendiri, pria itu memang tidak memiliki staf khusus untuk mengurus semua pakaian yang akan digunakannya.
Sesekali Jenar memang membantunya, tapi itu jika Wita ada acara tertentu yang harus didatanginya yang memang membutuhkan skill Jenar dan stafnya untuk membantu menunjang penampilannya.
Jenar kelihatan membuang napas kasar, kepalanya menggeleng dramatis. "Pantes aja... Bukannya udah gue ajarin berkali-kali buat mix and match pakaian lo, ya, Ta? What disaster am I looking at here?" tanyanya, kembali menatap ke arah koper Wita yang terbuka dan tampak berantakan.
Mata Wita bergerak memicing, dia melihat pakaiannya yang berserakan tidak karuan di atas ranjang. "I don't see any problem with all the outfits I bought." Meskipun tidak sejago Jenar, Wita tidak merasa kalau dia begitu cupu soal memadupadankan pakaian yang akan dipakainya. "Lagian, gue cuma mau ketemu Mila sebentar abis itu balik ke Jakarta, Jen."
"Ya, karena itu!" Jenar menyahut dengan suaranya yang meninggi. "Mau ketemu sama siapapun, penampilan itu nomor satu! Dressing properly shows respect for the person who invited you to meet." Telunjuk Jenar kembali mengarah ke koper Wita, "And the clothes you bought in here cannot support your appearance at all!" Kepala wanita itu lalu bergerak menggeleng beberapa kali.
Untuk beberapa detik, Wita sempat lupa dengan siapa dia berhadapan sekarang. Jenar dan pakaian tidak akan pernah menjadi teman yang mudah untuk dia ajak bekerja sama. Selain itu, alasan yang dikatakan Jenar barusan—memang tidak salah—tapi entah kenapa kedengaran aneh dan janggal bagi Wita.
Sambil menyandarkan bahu di pinggiran dinding dekat ranjang dan melipat kedua tangannya di dada, tatapan Wita mengarah lurus ke Jenar. "Lo nggak biasanya kayak begini, deh. Alasan lo terlalu dibuat-buat," ucap Wita.
Di hadapannya, Jenar sempat terdiam—kelihatan salah tingkah—sebelum akhirnya wanita itu melengos dan kembali menatap ke arah koper Wita. "Alasan lainnya, ya, karena lo pergi juga sama gue! Gue nggak mau lo keliatan biasa-biasa aja, sementara gue udah dandan proper begini. Jomplang banget, Ta. Nggak malu emang?" Mendadak wanita itu bersikap sangat percaya diri dengan membuat pose di hadapan Wita.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOOTLOOSE AND FANCY-FREE (COMPLETED)
ChickLitAttire Aura punya ilmu hitam! Tangan Jenar Pertiwi Kamalawa pembawa musibah untuk setiap dress pernikahan yang dibuatnya! Ada kutukan di setiap dress dan jas yang dibuat oleh Jenar Pertiwi Kamalawa! Sudah ada banyak headline berita semacam ini yan...