Wita's House, Jakarta, Indonesia.
Jenar bertepuk tangan dengan teriakan melengking menatap ke arah televisi sambil mencuri pandang ke Wita yang terduduk diam di sofanya.
"Nggak cukup dengan ngeliat kamu ngobrol mesra sama Mbak Mila berduaan di depan mataku—" Jenar menunjuk kedua mata dengan jari tangannya sebelum ia menunjuk ke arah televisi. "—ditambah sama ini? Bisa nggak satu-satu dulu? Jangan barengan gitu? Aku baru aja pakai semua tenagaku buat mediasi super alot sama pihak Gossip Corner, hasilnya malah diluar dugaanku begini?"
"Aku cuma ngobrol, Jen. Nggak sampai mesra-mesraan—"
"Apa kamu bisa liat situasi tadi? Aku yang bisa liat semuanya!" ucap Jenar kelihatan frustrasi, "Kalian mesra-mesraan, sementara aku di dalam sana—" Jenar tidak mampu melanjutkan ucapannya, ia hanya bisa menggelengkan kepala sambil membuang pandangannya ke arah lain.
Untuk menghadapi Yusra tadi yang hasilnya masih belum memuaskan karena mereka harus menunggu hasil meeting Yusra dengan pihak GVTV, Jenar malah dihadapkan dengan situasi di mana dia harus melihat Wita mengobrol dengan wanita—Mila—yang sudah pasti menaruh perasaan ke kekasihnya!
Jangan tanya bagaimana perasaan Jenar...
Ia bahkan tidak menyentuh makanannya, meskipun Wita sempat mengajaknya untuk makan lebih dulu sebelum mereka pulang ke rumah pria itu."Nggak ada mesra-mesraan, Jen. Apa yang kamu lihat itu nggak seperti apa yang kamu pikirkan," kilah Wita untuk kesekian kalinya.
Bagaimana bisa Jenar percaya, 'kan, kalau dia pernah melihat bagaimana Wita dan Mila dulu pernah begitu dekat di soft opening restoran milik Terang di Bali beberapa waktu lalu. Jenar masih mengingat semuanya!
Jenar mendengkus, dia menganggukan kepalanya. "Oke, aku percaya kalau kamu nggak ngobrol mesra-mesraan sama dia," kata Jenar penuh dengan penekanan. Tapi, ia kembali menunjuk ke arah televisi di ruangan tengah yang masih menyala. "Kalau soal ini gimana? Apa yang mau kamu jelasin ke aku sekarang?"
Melihat Wita masih sama diamnya ketika menatap ke arah televisi makin membuat Jenar naik pitam.
"Nggak bisa jawabnya?" Jenar hampir merasa menang saat ia menemukan Wita menatapnya dengan tatapan datar.
"Memang kamu mau aku jawab apa, Jen?" tanya Wita, kedengaran dan kelihatan pasrah. "Itu jawabannya Mila. Kamu pikir, aku minta dia jawabnya begitu? Buat apa?"
Sekarang gantian Jenar yang terdiam, apa yang barusan dikatakan Wita agaknya memang masuk akal.
"Ya, itu, jawaban saya tadi... Kalau ngomongin soal tipe ideal, sih, saya pilih Mas Wita."
Suara di televisi tidak lagi terdengar waktu Wita mengambil remote tv dan memutuskan untuk mengganti saluran tv, dan membuat Jenar menoleh ke arahnya cepat. "Kenapa diganti?"
"Kalau ini bikin kamu rungsing sendiri, mending nggak usah ditonton!" ucap Wita kedengaran agak jutek. "Kamu, tuh, cemburunya begini ternyata?" gumam pria itu ketika kembali duduk di sofa.
Mata Jenar langsung terbuka lebar, "M-maksudnya?" timpalnya terbata-bata.
"Lucu, sih," gumam Wita lagi sebelum dia menggelengkan kepalanya. "Tapi, nggak masuk akal, Jen. Aku nggak suka," sambungnya yang semakin membuat mata Jenar membelalak lebar.
"Heh! Memangnya aku—"
"Sini." Wita yang tadinya menepuk pahanya langsung menepuk sisi sofa kosong di sebelahnya. "Ngobrol pelan-pelan sama aku, Jen..."
Tadinya Jenar berniat untuk membuat situasi ini sulit bagi Wita, tapi ketika mendapati pria itu masih bisa tenang di saat Jenar merusuh membuat ia pada akhirnya terlena juga. Karena tidak ada pilihan lain, Jenar akhirnya melangkah ke sofa dan duduk di sebelah Wita dengan raut wajah yang tertekuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOOTLOOSE AND FANCY-FREE (COMPLETED)
ChickLitAttire Aura punya ilmu hitam! Tangan Jenar Pertiwi Kamalawa pembawa musibah untuk setiap dress pernikahan yang dibuatnya! Ada kutukan di setiap dress dan jas yang dibuat oleh Jenar Pertiwi Kamalawa! Sudah ada banyak headline berita semacam ini yan...