[27] hope ur ok

5.9K 1K 533
                                    

TWG Tea Salon & Boutique, Pacific Place, Jakarta.





"Aneh, 'kan, jadinya?

"Aneh, sih... Soalnya, biasanya Mbak Jenar, 'kan, banyak bicaranya jadi sekali lihat Mbak Jenar diam begini jadi aneh..."

Sukma mendengkus karena sindiran yang barusan dibuatnya bersama Sasmita kelihatan tidak mempan, buktinya Jenar masih diam melamun di kursinya.

Padahal Sukma sudah siap membahas banyak gosip terbaru yang sedang ramai-ramainya di Daher Reu bersama Sasmita, dan makin senang ketika tahu kalau Jenar juga menyusul datang ke Jakarta sejak semalam.

Sayangnya semua rencana Sukma itu harus hangus tidak tersisa ketika melihat Jenar yang lebih mirip seperti mayat hidup ketika datang ke tempat perjanjian mereka hari ini. Wanita itu hanya diam, membalas lewat gumaman singkat dan anggukan-gelengan kepala tanpa mau mengeluarkan satu katapun dari bibirnya.

Sukma padahal sudah mencoba untuk mencari tahu—memancing agar Jenar mau menceritakan masalah apa yang sedang wanita itu hadapi sekarang—tapi Jenar memilih untuk bungkam.

"Kenapa, sih?" Sukma sudah kehilangan kesabarannya, ia berdecak sambil melemparkan tatapan sinis ke arah Jenar. "Kalau lo ke sini cuma buat ngelamun, mending balik aja ke Surabaya, Jen!"

Mendengar sahutan yang cukup tajam barusan, nyatanya hanya mampu membuat Jenar menghela napas panjang. "Pikiran gue lagi semrawut," ujarnya pelan.

"Memangnya kenapa, Mbak?" Sasmita menyahut setelahnya, raut wajah wanita itu menunjukkan kekhawatiran yang nyata.

Sukma dan Sasmita hanya bisa menghela napas mereka masing-masing saat Jenar menggelengkan kepala sebagai jawaban.

Bukannya Jenar tidak mau cerita ke Sukma dan Sasmita, hanya saja ia terlalu bingung harus menceritakan dari mana karena semuanya mendadak berantakan.

Benak Jenar penuh dengan banyak masalah dan hal-hal yang akhir-akhir ini membuat hidupnya tidak tenang, mulai dari pekerjaan sampai ke masalah percintaan.

"Masalah pekerjaan, ya, Mbak?" Sasmita tiba-tiba saja bertanya, mencoba menebak.

Kepala Jenar mengangguk singkat.

Kedua alis Sukma terangkat tinggi, dia menaruh gelas berisikan Jardin pesanannya ke atas meja. "Oh, tumben? Gue pikir lo ada masalah sama Wita."

Jenar kembali menganggukan kepalanya lagi, kali ini dia sampai harus memejamkan mata dan meringis. "Itu juga," desisnya pelan.

"Masalah lo banyak banget kayaknya..." gumam Sukma pelan. "Kalau masalah kerjaan memangnya apa? Masalah sama Wita apa?" tanya wanita itu setelahnya.

Sambil menumpu dagu, Jenar mengarahkan tatapan ke arah Sukma yang kelihatan siap mendengarkan ceritanya. Ia kelihatan melipat kedua tangan di atas meja, sementara Sasmita juga tampak mengikuti Sukma.

"Hm..." Jenar bergumam lebih dulu, sempat membuat Sukma menghela napasnya panjang. "Aneh nggak, sih, di umur gue yang udah 30 tahun ini gue malah merasa kayak 'I lost my way' gitu..."

Tidak disangka, Sasmita justru yang menggelengkan kepala lebih dulu—memberikan tanggapan. "Nggak, dong," katanya dengan senyum santai. "Everyone has moments when they wonder what they're doing now and what they should be doing for the future, and it has nothing to do with age. Jadi, itu bukan hal yang aneh, Mbak."

Masih menumpu dagunya, tatapan Jenar kelihatan menerawang. Di dalam benaknya sekarang berputar memorinya ketika ia memulai Attire Aura dari awal. Dulu, Jenar begitu yakin dengan mimpinya itu dan berusaha keras untuk mewujudkannya. Ia ingat tidak tidur beberapa hari untuk menyiapkan diri bertemu dengan para investor yang berhasil didapatkan Samuel, Jenar juga masih ingat usahanya di awal untuk membuat nama Attire Aura bisa dikenal.

FOOTLOOSE AND FANCY-FREE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang