The Kings Restaurant, Kings Hotel & Residence, Jakarta.
"Ini adalah hidangan penutup terakhir. Sacher Torte yang merupakan salah satu menu andalan dari chef Terang malam ini. I hope this dessert will satisfy everyone. If anything is missing or you would like something, please reach us, and we will gladly assist you. Enjoy."
"Ah, so this is the Sacher Torte that has been making him grumpy lately?" Mas Harjuna menatap kue coklat dari Austria yang sekarang terhidang di meja mereka dengan mata yang memicing tajam.
Di sebelahnya, Suta mengangguk sekali. "Ya, betul sekali," jawabnya datar.
"Kalau dia?" Telunjuk Mas Harjuna mengarah ke arah lain, membuat Suta langsung mendengkus waktu tahu siapa yang dimaksud pria itu. "What exactly is wrong with him?"
Suta mengedik, dia sendiri tidak tahu keanehan apa yang bisa membuat Wita tidak berhenti mengulas senyumnya—bahkan sesekali tertawa sendiri—di saat seharusnya ia dibuat pusing keliling karena gurauan yang dibuatnya bersama Mas Harjuna sebelumnya.
Sejak ia menjemput pria itu di kantornya tadi sore, Suta sudah tahu kalau ada yang janggal dengan Wita tapi Rawi—personal assistant sahabatnya itu—juga tidak tahu apa-apa ketika Suta agak khawatir dengan keadaan Wita yang tidak biasa itu.
"Apa bercandaan kita sebelumnya keterlaluan, ya, sampai membuatnya jadi gila?" Kedua bahu Mas Harjuna mengedik ketika Suta menatapnya datar. "Siapa tahu, 'kan? Mungkin dia berubah gila karena saking frustrasinya?" katanya beralasan tidak masuk akal.
"Biarin, deh..." Suta mendengkus saat ia mendapati Wita lagi-lagi tertawa kecil sendirian dengan pandangannya yang mengarah ke meja yang mereka tempati.
Sementara itu, Wita—yang menjadi topik pembicaraan sahabat-sahabatnya—sama sekali tidak menyadari apa pun. Benak pria itu penuh dengan kejadian yang baru saja dialaminya tadi siang, semuanya terekam jelas di otaknya. Ia hampir saja kehilangan konsentrasi dan berubah tidak profesional ketika ketahuan melamun di tengah meeting yang harus didatanginya, dan semua karena ulah satu orang.
Jenar.
"Iya, ini jadi lucu karena aku patah hatinya sama kamu. Iya, 'kan? Apa yang lebih lucu dari suka sama sahabat sendiri yang cuma menganggap aku sebagai sahabat. Iya, kan?"
Jenar menyukainya.
Sahabatnya itu mengungkapkan perasaannya ke Wita, sebelum dia berakhir menangis dan mengunci diri di kamar Wita yang membuat Wita harus datang ke salah satu mall di dekat kantornya untuk membeli setelan kemeja baru karena Jenar sama sekali tidak mau membukakan pintu untuknya.
Jenar menyukai Wita.
Entah sejak kapan, tapi tadi Wita mendengar sendiri kalau Jenar menyukainya.
Jenar menyukainya.
Astaga, entah sudah keberapa kali Wita harus mengulang kalimat yang sama di dalam hatinya, salah satu alasan kenapa pria itu tidak bisa menyembunyikan dan menahan senyumnya meskipun dia harus kembali ke kantor tanpa bisa melihat Jenar karena wanita itu mengunci diri di kamarnya dan berjanji tidak akan mau bertemu lagi dengan Wita di sepanjang hidupnya.
Lucu, 'kan?
Jenar menyukainya.
Kepala Wita tertunduk dalam untuk menyembunyikan senyumnya, tapi usahanya gagal karena pria itu malah tertawa kecil bersama memori ketika Jenar mengungkapkan perasaan kepadanya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOOTLOOSE AND FANCY-FREE (COMPLETED)
ChickLitAttire Aura punya ilmu hitam! Tangan Jenar Pertiwi Kamalawa pembawa musibah untuk setiap dress pernikahan yang dibuatnya! Ada kutukan di setiap dress dan jas yang dibuat oleh Jenar Pertiwi Kamalawa! Sudah ada banyak headline berita semacam ini yan...