[35] The Gift

4.8K 923 301
                                    

Kantor Komite Khusus Indonesia dan Daher Reu, Jakarta.





Kenapa orang lain merasa kalau orang-orang seperti Jenar tidak boleh mengalami kegagalan dan melakukan kesalahan?

Kenapa orang-orang berpikiran kalau orang-orang ber-privilege seperti dia harus dituntut sempurna?

Mereka sama-sama manusia, sama-sama bisa melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan, kan?

Apa kesalahan dan kegagalan hanya bisa dibuat oleh orang-orang selain Jenar yang dianggap sudah seharusnya berhasil, ya?

Sejak Jenar bekerja di Kantor Komite Khusus Indonesia dan Daher Reu 3 hari yang lalu, selalu ada selentingan-selentingan yang Jenar dengar dari orang-orang kantor di tempat Wita bekerja itu.

Hampir semua orang mempertanyakan keberadaan Jenar di kantor mereka, apalagi setelah mendengar kalau Jenar menempati posisi sebagai personal assistant Wita sementara waktu itu.

"Mungkin, sih, karena Attire Aura bangkrut, ya, makanya Jenar kerja di sini?"

"Ya, kali? Dia anaknya konglomerat Malang—Jawa Timur, hei!"

"Lagian kalau ngomongin Attire Aura, bukannya ada rumor yang lagi rame kalau ternyata Attire Aura dijebak, ya? Namanya sengaja dipake buat naikin rating acara tv?"

Seakan ikut diajak bicara, Jenar mengangguk-anggukan kepalanya. Ia masih berdiri bersembunyi di samping pintu masuk pantry sambil memegang ice tea yang baru saja dibuatnya.

Pantas saja begitu ia masuk ke pantry suasana mendadak berubah hening, ternyata mereka sedang membicarakan Jenar.

Makanya, Jenar mengurungkan niatnya kembali ke meja meskipun tahu kalau ada beberapa pekerjaannya yang belum selesai untuk mendengarkan gosip apa yang sedang dibicarakan staf-staf Wita.

"Beritanya lagi rame, tuh! Tapi, dari awal udah nggak masuk akal, sih, rumornya. Keliatan maksa banget! Mana ada yang percaya kutukan-kutukan begitu?"

Jenar meringis, ia menunjuk ke dirinya sendiri. "Gue sempet percaya, itu juga karena atasan lo mendadak ngelamar gue," bisik Jenar, ia sampai bergedik ngeri ketika ia mengingat kembali momen yang saat dinilainya begitu menggelikan.

"Sayangnya, masih banyak orang yang percaya, kok. Kalau nggak salah, rumornya sampai bikin Attire Aura sepi. Upih aja sampai lepas kontrak, 'kan, padahal dia waktu rumor rame itu masih jadi BA-nya?"

"Tapi, 'kan, semuanya cuma rumor. Apalagi, ditambah fakta kalau selama ini Attire Aura memang dimanfaatin beberapa pihak aja yang mau bikin berita mereka rame pake bawa-bawa nama Attire Aura."

Menyedot pelan ice teanya, Jenar mengangguk-anggukan kepalanya semangat. "Gue juga baru tahu kalau ternyata artis-artis yang bilang mereka kena sial karena baju buatan gue itu cuma mau numpang tenar doang!" gumamnya sambil menghentakkan kaki pelan di atas lantai.

2 hari yang lalu, ia baru saja melakukan meeting dengan Samuel dan tim Attire Aura yang memang dibentuk khusus untuk menyelesaikan masalah ini dari saran yang diberikan oleh Jenar langsung. Faktanya, semua artis-artis yang pernah membawa nama Jenar dan Attire Aura memang ternyata dibuat untuk memanfaatkan rumor yang mencatut Jenar dan Attire Aura.

Mengetahui fakta yang sebenarnya tidak terlalu mengejutkan itu membuat Jenar hanya bisa menghela napas panjang, dan menyuruh timnya untuk segera meminta artis-artis yang terlibat membuat pernyataan berupa video atau konferensi pers untuk meminta maaf karena ikut menyebarkan rumor yang tidak benar.

"Terus, kalau bukan karena alasan itu, kenapa juga Jenar bisa ada di sini? Kerja di sini?"

"Oh, gue tahu!"

FOOTLOOSE AND FANCY-FREE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang