23. Rumah Ternyaman

57 6 0
                                    

Kemaren siang pdhl aku gk ada kesibukan dn ingat2 aja mau update, tp ktku nanti aja pas malem, eh bru ingt malamnya malah ada acara, walhasil jadi delay ke selasa wekawekaweka.

Kapter sbelumny kan udh aku spill tuh spoilerny, mari temukan jawabannya disini👀
Imagine aku taroh di akhir halaman ini aja yoo


"Waalaikumsalam, Nak."

Nadhir menutup telponnya dan menaruh di sembarang kasur. Raut wajahnya tak seanteng seperti biasanya kala selesai berkomunikasi dengan sang ayah.

Kenapa? Karena Nadhir bingung saat tadi ia mencari sang ibu, tuan Radit menjawab bahwa ibunya pulang ke rumah kakek 3 hari yang lalu. Itu artinya mama sudah ada di tanah air namun kenapa tak mampir dulu ke rumah ini?

Meski tadi papa bilang sang mama kemungkinan tak sempat pulang ke rumah karena bergegas sebab kondisi kakek yang tiba-tiba melemah, namun, benarkah selama itu mamanya tak memberi kabar padanya? Tak ingat dirinya lagi? Yang bernotabane sebagai anak tunggal tampan satu-satunya?

Aakh! kepalanya saat ini jadi penuh dengan untaian benang yang kian mengusut.

Lalu, kenapa papa juga tak mewakilkan mama untuk memberi tahunya lebih dulu? Asli, kenapa Nadhir tidak di beritahu tentang kabar sepenting ini? Kenapa mereka berdua hanya diam?

Dan segaris pertanyaan pun melintas di pikirannya-

"Bang!"

Nadhir spontan menatap sosok yang berdiri di ambang pintu. Jelas kalian tahu. Karena satu-satunya yang memanggil Nadhir dengan sebutan Abang adalah Maher.

"Elah di panggilin dari tadi gak respon. Mampet kuping lo?"

"Kenapa, Her?"

"Makan. Bang Yafi nyuruh kumpul buat makan malem bareng." sementara waktu, Yafi lah yang menggantikan tugas Miqdad untuk menghandel dunia permakanan. Karena mereka semua sudah tahu apa yang terjadi dengan Miqdad.

"Iya nanti gue nyusul," kata Nadhir setengah malas.

"Oyaudah." Maher pun menutup pintu kembali meninggalkan Nadhir yang masih belum tuntas pikirannya.

-Ma, pa, kalian gak papa kan?

◇ ∞ ◇

"Lima hari sudah ku rindu
Tak bisa ku menghubungimu
Kau sedang dengan dirinya
Sedang kita rahasia
Kapankah kau ada waktu sembunyi untuk bertemu?"

Didi meletakkan cangkir es yang ia bawa dari meja ke ruang tengah (setelah makan malam), duduk di seberang Maher yang lagi memetik senar gitar sembari bersenandung.

"Yang lagi galau mah, penghayatannya dapet banget yah." Didi meledek Maher. Meski sudah dapat sepuluh jahitan di RS tadi, Didi tetaplah Didi yang gemar melempar sindiran berbalut candaan.

After HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang