12 = Memborong Rujak

91 5 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daerah ini bukan lah sebuah kampung yang padat penduduk, di samping menyamping hanya ada semak-semak yang setinggi perut Didi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Daerah ini bukan lah sebuah kampung yang padat penduduk, di samping menyamping hanya ada semak-semak yang setinggi perut Didi.

Sambil terus menyusuri jalan menuju gubuk itu, atensinya selalu waspada pada sekitar.

Sesampainya di depan pintu, Didi langsung mendobrak daun tersebut.

Brakkk!!

Otomatis 3 pemuda yang berada di dalam membelalak sempurna saat orang lain melihat kelakuan mereka.

Didi berdiri di ambang pintu, netranya melihat dengan jelas seorang remaja yang terkapar di atas lantai tanah sembari merintih memegangi perutnya. Di sekitarnya ada 3 botol kaca berwarna hijau yang tergeletak acak.

Kepala Didi langsung berdenyut nyeri. Ruangan ini penuh dengan bau alkohol. Terlalu pekat.

"PERGI ATAU GUE LAPORIN LO SEMUA KE POLISI!!"

"Siapa lo?"

"Gausah kepo gue siapa. Pergi selama gue masih nahan diri buat habisin lo semua!"

Melihat tatapan nyalang dan tangan yang terkepal kuat itu, agaknya membuat 3 pemuda ini gentar dan saling sikut menyikut.

"Urusan kita belum selesai, Sa! Awas lo!" ucap si ketua geng, ia lalu menendang dan meludahi kepala korban yang bernama Angkasa.

"Brengsekkk!! Ketemu gue abiss lo ntar!" teriak Didi sembari membiarkan mereka pergi lewat jendela belakang.

Selepas pambully itu pergi, Didi segera memindahkan kepala remaja itu di atas pangkuannya.

"Hey lo gak boleh tidur, oke?"

Remaja itu berkedip dengan lemah.

"Gue bakal cari bantuan. Tapi janji lo gak boleh tidur."

Remaja itu ingin sekali merespon Didi, tapi kepalanya sangat pusing dan nyeri, penglihatannya melayang-layang, belum lagi perutnya terasa terbakar, dia benar-benar di ambang hidup dan mati.

Di detik setelahnya Didi semakin panik karena Angkasa merapatkan kelopaknya.

Didi meraih tangan Pemuda ini. "Plis lo bertahan. Jangan nyerah. Siapapun nama lo, cengkram tangan gue kalo lo masih denger suara gue."

After HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang