03 = Dunia tipu-tipu

127 13 3
                                    

HEY HEY HEEYYY lama gak pub nih saya, sekali pub udah mau lebaran aja hmmm :') kalo another people bagi2 THR ya saya mah cuma bisa bagiin halu kakanda2 ganteng ini atuh. Gpp kan ya?

Langsung aja yuk baca cekidottt~~~

*eh jangan lupa fohlow tiktuk saiya : hellawjeykey
Insya allah unameny ky gitu dah ya, pokokny yg profilnya pto bapak Thv yg lgi mau nyebrang gituu unchh😗

Hari ini, setelah deal sebagai pemilik toko yang baru di sewa, ketiga pemuda itu mengunjungi calon kafe mereka, untuk bersih-bersih dan memberi dekoran kecil berdasarkan desain mereka yang di ketuai oleh Didi sebagai Mahasiswa arsitektur—masih ama...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ini, setelah deal sebagai pemilik toko yang baru di sewa, ketiga pemuda itu mengunjungi calon kafe mereka, untuk bersih-bersih dan memberi dekoran kecil berdasarkan desain mereka yang di ketuai oleh Didi sebagai Mahasiswa arsitektur—masih amatir tapi.

Namun semua rencana itu buyar saat Nadhir baru memarkir Jefuy di halaman toko yang di iringi oleh ojek online yang di tumpangi Maher, kalo Didi jelas ikut Nadhir, karena jarak kosnya dan rumah Nadhir tidak jauh.

"Weh weh apaan tuh?!" alis Didi menukik, pandangannya lurus ke depan, ada ketidaksenangan hati saat memandang dengan jarak 5 meter dari sini.

Didi, di buntuti Nadhir dan Maher menghampiri teras toko yang pintu rollingnya telah di copot oleh seseorang, sepertinya akan di ganti dengan kaca sebagai dindingnya.

"Ada apa nih? Kok main gedar-gedor punya orang aja?" tanya Didi dengan nada yang mulai naik setengah oktaf.

Memang ketika mereka berdiri di sini, suara kletak-kletuk dari palu saling bersahutan dari beberapa kuli.

Seseorang yang memakai jumpsuit dark denim itu menoleh begitu mendengar suara.

"Anjirr itu kan Bang Keenan." Nadhir bisik-bisik ke Maher begitu melihat rupa laki-laki berjumsuit itu.

"Sape bang?"

"Konconya Bang Herjunot."

"Sape lagi tuh?"

"Ketang 22."

"Waw. Cakepp."

"Ini lo lagi ngigo di siang bolong kan? Makanya bacotnya ngawur gini," sahut cowok yang di panggil Nadhir Bang Keenan itu dengan santai melanjutkan aktivitasnya—mengukur sesuatu di tembok dengan meteran.

"Gak bisa nih, lo gak izin apa-apa ke gue main otak-otik toko orang. Sekalipun minta izin gak bakal juga gue kasih izin!" kesabaran Didi yang setipis kertas gorengan itu telah terbakar secepat kancil berlari.

Keenan menghentikan kegiatannya untuk menatap cowok yang lebih muda darinya ini.

"Kok lo nyolot banget daritadi?"

"Ya gue berhak nyolot lah! Ini toko gue! Gue udah nyewa nih toko—"

"Bang Bang sabar Bang."

"—apasih satt!!"

Didi menepis kasar saat tangan Maher lekas menarik badannya kala ia hendak membusungkan dada di depan kakak tingkat tersebut—karena mulai terpancing emosi.

After HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang