24. Hari Kamis yang spesial

93 4 0
                                    


Seperti biasaaah~~

Seperti biasaaah~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yafi menaruh rangakaian bunga mawar putih keatas pusara yang di tumbuhi dengan rerumputan setinggi 5 senti dari tanah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yafi menaruh rangakaian bunga mawar putih keatas pusara yang di tumbuhi dengan rerumputan setinggi 5 senti dari tanah.

Seusai menyematkan doa, ia tatap nanar batu nisan berwarna senada.

Angin berhembus kencang membuat surainya tercerai berai. Daun dari pohon rindang berterbangan dan dua di antaranya berlabuh pada rambut tanpa di ketahui sang empu.

Ada banyak hal yang ingin Yafi ceritakan, namun yang tercetus hanya kata paling teratas juga kata yang menjadi sebab utama ia selalu berkunjung kesini dalam kurun waktu sebulan sekali.

"Kangen kamu, Yem." tangannya mengusap lembut keramik yang bertulis Khalisa Yemima.

Dengan suara lirih dan tatapan penuh rasa bersalah, Yafi menunduk dalam. "Maafin aku, maafin sedalam-dalamnya."

Bagai tombol yang baru saja di tekan, ingatannya kembali aktif memutar secarik kilas balik terburuk yang ia miliki selama hidup ini. Namun, Yafi tak ingin lebih dalam tenggelam di sana, paru-parunya telah sesak dan tak akan sanggup menyelam lebih lama lagi. Ia hanya ingin mengingat kenangan manis yang pernah mereka lalui.

“Selamat ulang tahun, Yem, tahun ini ulang tahun kamu di hari Kamis, sesuai kesukaan kamu.” senyum kecil tersungging pada bibirnya (meski sebenarnya dalam senyuman itu ada campuran duka yang perih).

Yafi masih ingat perkataan Yemima yang bilang, bahwa Yemima suka jika ulang tahunnya jatuh pada hari Kamis. Karena hari Kamis sama-sama hari pertama bagi mereka saat berada di dunia ini.

Ketika Yafi masih setia duduk di sebelah makam orang yang masih bertahta di hatinya, di belakang sana, di balik pohon, ada seorang laki-laki yang menikamnya dengan tatapan penuh dendam.

Kepalan tangannya membatu. Kuku-kukunya memutih. Rahangnya mengeras serta giginya bergemelutukan.

“lo gak pantes ngunjungin Yemima, brengsek! Lo yang udah bikin dia hancur. Bahkan Lo yang buat dia pergi! Gue gak bakal maafin lo! Gue bersumpah bakal bikin lo menderita seperti yang gue rasain! Gue berjanji gak bakal mati sebelum liat lo sekarat!"

After HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang