02 - Klinik Khitan

267 16 5
                                    

Semoga puasa kita lancar full 1 bulan dan kita semua sehat walafiyat, aamiinn!!

Kuy baca🥳

Kuy baca🥳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Buset lo pikir kita mau buka warteg? Apaan ada menu kaya gini jigong bunglon!!" sudah bisa di tebak, kalo dikit-dikit ngegas itu pastilah Didi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Buset lo pikir kita mau buka warteg? Apaan ada menu kaya gini jigong bunglon!!" sudah bisa di tebak, kalo dikit-dikit ngegas itu pastilah Didi.

Mungkin kali ini di anggap wajar, sebab setelah dia membaca rangkuman menu yang Maher himpun dalam 2 kertas, yang sudah ia print terus kasih ke Nadhir dan Didi, ada list berikut yang di antaranya;

—Sayur lodeh,
—Tumis telur ikan,
—Lontong sayur,
—Orek tempe,
—Kentang mushtofa,
Dan, otak-otak ikan tongkol.

Wartegable banget gak tuh?

"Gak sekalian di sediain kangkung lembek sama sambel pete?" timpal Nadhir melempar kertasnya di kasur dengan asal.

Mereka lagi di kosan Maher. Ngumpul di sana. Awalnya mau di warkop langganan, tapi berhubung dari tadi petir sahut menyahut, motor kesayangan Nadhir yang di pakenya kesini suka meriang kalo kena hujan, maklumlah, Jefry Yunanda alias Jefuy—motor ayahnya lagi SMA, sudah bau tanah kusir.

Kata Nadhir gak papa, yang penting jangan bau tanah sengketa. Masih sudi kok dia make.

Bukan Maher kalo langsung setuju, tanpa ada pembelaan untuk diri sendiri dulu. "Itu best seller, bang. Biar cepet laris juga kafe kitanya."

After HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang