22. Miqdad dan Kalungnya

79 8 4
                                    


Imagiiineeee~~~

Kok ya ada borgol segala, syp yg ke tangkep polisi?👀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kok ya ada borgol segala, syp yg ke tangkep polisi?👀

Bruan scroll!!

"Pokoknya dari ari-ari sampe plasenta gue malu banget sama lo, Marsudi!" Keenan memites jidat Didi berkali-kali yang membuat Didi meringis kesakitan sepulangnya mereka dari acara khitanan Badar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pokoknya dari ari-ari sampe plasenta gue malu banget sama lo, Marsudi!" Keenan memites jidat Didi berkali-kali yang membuat Didi meringis kesakitan sepulangnya mereka dari acara khitanan Badar.

"Aduh bang gue juga kagak ekspek kalo mereka malah bawain yang itu dari sekian lagu-lagu masterpiece karya gue."

"Masterpiece masterpiece otak lu kempis! Sok punya bakat lo!"

"Lah, pintu rumah kok ke buka, siapa yang dateng?"

Didi menghentikan langkahnya di depan pagar saat melihat pintu rumah terbuka setengah. Padahal ia jarang terbuka kecuali saat ada tamu. Juga seingat mereka tadi sebelum berangkat pintu di kunci oleh Miqdad yang hari ini full di rumah tak ada kesibukan apa-apa. Aneh sekali jika Miqdad teledor membuka pintu rumah begitu saja.

Keenan menoleh menatap Didi. "Jangan-jangan..."

Mereka saling berpandangan dan bertelepati masing-masing.

Lalu dengan kompak bersorak, "NYOKAP BOKAPNYA NADHIR UDAH DATENG!!!"

Keduanya berlomba lari untuk masuk ke rumah.

"Gaskeun oleh-oleh!" Didi sudah tak sabar bertemu ortu Nadhir dan menyambut oleh-oleh pesanannya. Kalian tidak lupa kan, kalo Didi ini bisa di bilang lebih manja ke ortunya Nadhir? Dan dia juga punya nomer Tuan Radit alias ayah Nadhir langsung. Dan berbicara akrab yang suka membuat Nadhir hela nafas putus asa.

Namun ketika masuk, semua bayangan kesukacitaan itu sirna, lebih-lebih mereka berdua menangkap presensi Miqdad yang terguling-guling dari tangga akibat dorongan keras dari seseorang di atas sana.

Tunggu, seseorang?

"Bang!" Keenan lekas mengambil langkah besar guna membantu Miqdad dan memastikan keadannya baik-baik saja.

Didi berdiri di ujung anak tangga dan bersitatap langsung dengan seseorang itu dengan tatapannya yang sudah membara. "Woy siapa lo! Turun bangsat!"

Atensi mereka mengikuti turunnya seseorang itu dengan langkah gusar.

After HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang