11 = Bus

82 4 7
                                    

Selamat hari raya idul Adha semuanya, maaf lahir batin🙏🏻✨
Ikan teri jadi makmum
Telat sehari mohon maklum

Semoga update an kali ini bikin kalian tambah stay disini👀

Kayanya di buku kali ini saya bakal nerapin imagine/visual pertiap kapternya, adanya di paling bawah👇🏻

Kayanya di buku kali ini saya bakal nerapin imagine/visual pertiap kapternya, adanya di paling bawah👇🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Otot lu, Bang, waw banget dah." seperti biasa, Didi itu suka mengajak bicara orang-orang random yang ada di sekitarnya.

Seperti saat ini, di kursi bus paling belakang, Didi membandingkan lengan yang kekar itu dengan lengannya yang datar, lurus, dan lembek, seperti es kiko belum beku.

Abang yang usianya berkisar 40 tahunan itu menoleh ke kiri. "Oiya dong, hasil nge gym 2 taun. Nonstop," ucapnya bangga sambil memamerkan lengannya yang padat dan keras itu.

Didi berdecak dan menggeleng kagum. Tatap matanya masih terpaku serta di hati sangat hiri dengan lengan itu, Didi juga ingin punya otot, tapi Didi malas olahraga, dan malah bucin gorengan kedai Om Ded.

"Baru balik kerja lo?" tanya abang.

"Balik ngampus, Bang. Abang sendiri?"

"Mau berangkat kerja."

Bus berhenti di halte untuk mengangkut penumpang selanjutnya, yang kebetulan 4 anak SMA berjenis kelamin laki-laki.

"Kerja apa, bang, kalo boleh tau?"

"Yaa... sejenis kang masak gitu lah."

"Di warteg?"

"Hotel."

"Koki itu namanya," ralat Didi.

Abang itu kaget. "Loh, beda emang? Kan sama-sama motong-motongin bawang."

"Elitan dikit gitu aja sih bang sebutannya kalo masaknya di hotel."

"Gak ah sama aja. Gue tukang masak titik."

"Yaudah deh gak maksa." mungkin abang ini rendah hati dari sononya, batin Didi.

"Wahahaha anjjirr kocak luu!"

"Rajin amat sih ngerjain tugas di sini? Matematika lagi, najjis gue mah!!"

Atensi Didi sejenak teralihkan saat mendengar gelak menggelegar 4 anak SMA tadi yang duduk di kursi depan belakang supir. Namun anehnya, yang ikut tertawa hanya 3 orang, yang satu itu (yang tengah di rangkul erat) tak bereaksi apa-apa. Hanya fokus ke bukunya.

Apa dia sakit gigi? Tebak Didi sedikit heran, tapi, ini bukan urusan Didi. Mending Didi kepoin abangnya lagi.

"Udah lama kerja jadi kang masak, Bang?"

Abang itu terlihat berpikir. "Gue jadi koki sih baru 14 kali selasa pahing."

Didi meringis. 14 kali selasa pahing njirr. Bikin otak gue mikir lagi. Mana tadi di kampus udah kek kerja rodi!

After HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang