Selamat membaca✨
—————
Mas Tara: orangnya baik banget kalo dibaikin, tapi sekalinya marah nyeremin kayak gunung meletus
Bang Satya: bangsat seperti nama panggilanya, tapi anaknya soleh, hobinya bersihin masjid walaupun gak bersih
Ganis: nanti aja, lagi males mendefiniskan diri sendiri
Kana: 1.000× lipat lebih bangsat daripada Bang Satya, hobinya nonton anime atau ngentutin stelaRanaya: pecinta segala jenis hewan-hewanan, hobinya nyari kutu stela buat dipelihara didalem toples
Ibu tertawa lepas saat membaca buku catatan Rengganis yang tertinggal di meja makan. Entah sejak kapan anak nomor tiganya itu suka merangkum tentang dirinya dan saudara-saudaranya.
Kalau menurut Ibu...
Mas Tara itu kurang suka keramaian, tapi gak suka kesepian juga, orangnya gak gampang nyerah, meskipun banyak ngeluh tapi tetap dilakukan. Contohnya kalau dia ngeluh cape nyuci piring, tapi dia tetep cuci piringnya. Tara orangnya susah marah, sekalinya marah suka merasa bersalah, dia jarang seriusin hal sepele, tapi kalau dia udah serius sama sesuatu, dia selalu tegas, nyeremin pula.
Bang Satya itu penurut, gak banyak mau tapi banyak omong, tukang komentar tapi gak suka dikomentari, dia super nakal. Punya kucing namanya Yono, sudah dia anggap seperti anak sendiri. Satya itu jiwa-jiwa pekerja keras tapi gak mau capek.
Kak Ganis itu pendiam, kalo dia cerewet berarti orang-orangnya asik, dia juga gak gampang akrab sama orang lain, tapi sekalinya akrab, akrabnya kebangetan. Ganis juga susah buat jatuh cinta, kalau mau bikin dia jatuh cinta itu harus bener-bener tulus sama dia.
Kana itu humornya receh banget, kemana-mana pasti ketawa, tapi kalau sekalinya marah, beuh dijutekin setengah mati. Dia jarang marah, sekalinya marah suka keterusan, liat benda mati aja rasanya pengen marah-marah.
Ranayya itu periang, dia jarang sedih, kalau dia sedih berarti hewan peliharaannya mati, hampir gak ada alesan buat dia sedih, kecuali kehilangan bapak.
Sekian dari ibu, wassalam.
.
Setelah sekian lama, akhirnya Kana menyentuh buku dan balpen lagi. Terakhir kali dia memegangnya adalah sebulan yang lalu, itupun karena mencatat hutang-hutang Satya padanya.
“Berbunga-bunga hatiku ...”
“Mengingat dirimuu ...”
“Calon istriku ...”
Kana bersenandung riang, entah lagu apa yang dia nyanyikan, mungkin lagu ciptaannya sendiri.
Awalnya Kana dan Satya itu satu kamar, namun suatu hari Satya memohon-mohon pada ibu untuk pindah ke kamar Mas Tara saja. Satya benar-benar tidak kuat mendengar dengkuran Kana, setiap malam dia harus menutup telinganya dengan bantal, itu sebabnya kenapa Kana tidur sendirian di kamar yang lumayan lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita rumah kita
Teen FictionDirumah nomor 09, ada enam jiwa yang saling menguatkan, saling bergengaman tangan dan juga saling tersenyum. Mereka masih tertawa. tapi tawanya tidak lagi bermakna apa-apa. Rumah yang awalnya selalu hangat kini terasa dingin. Mungkin rumahnya masih...