10. Rindu pada yang hilang

15 13 1
                                    


Selamat membaca💗

Bukan dunia yang jahat, tapi
kamu yang kehilangan semangat.
Semangat untuk aku, kamu dan kita.



—————


Dibawah cahaya lampu jalanan yang kemuning, Tara berdiri tegak seraya mengadahkan tangan untuk menyentuh sisa-sisa rintik hujan yang masih jatuh. Sebenarnya Tara bisa meminta Kana atau Satya agar menjemputnya, tapi laki-laki itu malah memilih untuk tidak menghubungi siapapun.


Matanya lurus ke depan, memandang sisa rintik hujan yang jatuh membasahi jalanan. Raganya memang diam, tapi hatinya berkecamuk kesana-kemari, kemudian Tara tersenyum getir saat melirik layar ponselnya.

Empat bulan setelah bapak pergi, Tara mengirimi gadisnya pesan.

Tara: Jangan lupa makan terus jangan lupain aku

Tapi sampai sekarang, pesannya tidak pernah dibalas. Sejak hari itu ... Tara tidak pernah mendengar suaranya lagi. Sejak hari itu ... Tara kehilangan Anin untuk selama-lamanya.

Dan hari ini, Tara berpijak ditempat yang sama ketika Tara menangis hebat waktu itu. Bahkan Tara masih mengingat dialog terakhirnya dengan Anin.

Saat itu langit terlihat mendung, yang Tara lihat hanyalah Anin yang menunduk dalam seraya menangis, kemudian Tara menarik napas panjang.

“Jangan berhenti untuk mencintai aku, An.”  Tara menggenggam erat tangan gadis itu.

Melihat senyum Tara, hatinya semakin terasa berat, dan saat itulah Anin memeluk laki-laki itu dengan erat.

“Tara ...,” Anin berucap lirih.

“Nggak pa-pa, An. Sejauh apapun kamu pergi, kamu harus ingat sesuatu, kalau aku selalu ada disini, menunggu kamu.”

Anin mengangguk, Tara menangkup pipinya kemudian memberikan kecupan singkat yang membuat hatinya sedikit menghangat.

Tangan keduanya bergenggaman erat sampai akhirnya Anin benar-benar pergi memasuki mobil.

“Jangan cari yang lain,” ucap Anin sebelum pintu mobil ditutup, Tara sempat tersenyum padanya seraya melambaikan tangan.

Mobil itu benar-benar melaju, Tara memutuskan untuk mengejarnya dengan air mata yang berderaian turun, namun langkahnya terhenti saat air hujan juga ikut turun, seolah-olah langit juga ikut merayakan kesedihannya.

Dan setelah itu, Tara dibiarkan merindu sendirian di kota ini, mobil itu bukan hanya membawa raga Anin, tapi juga merenggut kesempatan Tara untuk menikahinya.

Iya, tujuan Anin adalah bandara, sebab gadis itu akan melanjutkan pendidikannya di singapura, tapi takdir berkata lain. Tuhan lebih menyayangi Anin, itu sebabnya ia mengalami kecelakaan yang berhasil merenggut nyawanya.

“Kapan kamu pulang, An?”

Dan hari ini Tara berada ditempat itu, tempat dimana ia menangis melihat mobil yang semakin menjauh.

“Kamu lupa ya An? Kalau aku selalu menunggu kamu.”

Tara tersenyum sumir. “Kamu terlalu indah untuk aku lepas. Setidaknya biarkan aku pergi juga.”

Cerita rumah kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang