Happy reading all💗✨
Kadang kala tak mengapa
untuk tak baik-baik saja
kita hanyalah manusia
wajar jika tak sempurnaFiersa Besari
—————
Sekitar pukul satu siang, Ibu baru pulang dari pasar, Mas Tara harus mengantar ibu ke rumah Paman dahulu, itu sebabnya mereka pulang lebih siang.
Awalnya Naya memang sudah menyiapkan dialog kejam yang nantinya akan ia lemparkanlah pada ibu, anak itu sudah siap untuk memarahi ibu karena pulang telat.
Tapi kenyataannya ... anak itu malah yang paling antusias menyambut ibu, katanya ia menghirup aroma cilor. Mungkin ibu sengaja membelikannya.
Ibu berjalan ke dapur, menyimpan satu kotak martabak didalam freezer, lalu kembali ke ruang tengah, dimana ada Naya, Ganis, dan Kana disana.
Berkali-kali Naya menawari Kana cilor miliknya, berkali-kali juga Kana menolak. Alih-alih bergabung dengan mereka, Kana malah duduk sendirian di sofa, seraya berkali-kali melirik ponselnya.
Seharian ini Naira tidak memberinya kabar.
“Abang beneran gak mau? Enak lho!”
“Cobain dulu atuh. Ini mah enak banget!” sahut Rengganis ikut memamerkan martabaknya.
Sekali lagi Kana menggeleng.
“Tadi pas dijalan ban motor bocor, makanya sampai sekarang Mas Tara belum pulang.”
“Terus Ibu pulang sama siapa?” tanya Ganis.
“Dianterin anak SMA, katanya pacar kamu.” Ibu menoleh pada Naya. “Beneran dia pacar kamu?”
Uhuk!
Ganis terlihat menahan tawa saat Naya tersedak cilornya sendiri. “Kaget banget ya Na?” ucapnya.
“Naya gak punya pacar Bu. Naya kan idol sekolah, banyak tuh yang ngaku-ngaku!”
“Tapi dia beneran baik lho ... Udah mah sopan, ganteng, baik hati lagi.”
Malas menanggapi obrolan yang sama sekali tidak penting itu, Kana membuka roomchatnya dengan Naira. Sama seperti tadi, gadis itu belum juga membalas pesannya. Berkali-kali Kana memandangi bar statusnya, gadis itu benar-benar online. Tapi entah kenapa pesannya tidak dibalas sama sekali.
Tanpa basa-basi, laki-laki itu berdiri dari duduknya, kemudian mengambil kunci motor miliknya yang menggantung. Dengan segera ia langkahkan kaki keluar, tak peduli dengan ibu yang tengah menatapnya heran.
Omong-omong ... Apa ini yang namanya kangen?
Kalau saja bukan karena gadis itu mungkin Kana enggan melajukan motornya ditengah-tengah padatnya kota seperti ini, tapi karena itu adalah Naira, dia benar-benar rela.
.
Rasa kangen berubah menjadi rasa khawatir, cafetania benar-benar tutup. Lalu dimana Naira? Apa gadis itu baik-baik aja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita rumah kita
Teen FictionDirumah nomor 09, ada enam jiwa yang saling menguatkan, saling bergengaman tangan dan juga saling tersenyum. Mereka masih tertawa. tapi tawanya tidak lagi bermakna apa-apa. Rumah yang awalnya selalu hangat kini terasa dingin. Mungkin rumahnya masih...