DORRRRR
tidak,
itu bukan suara tembakan.
itu suara tembakan yang berasal dari mulut psikopat itu...mathea yang memejamkan matanya perlahan membuka matanya.
ternyata pelurunya habis...
"kamu terlalu banyak membuang peluru hahaha..." suara pria itu menggelegar terdengar sehingga seisi hutan yang sunyi memantulkan suara tawanya.
mathea ketakutan, ia tak tahu harus apa...
"bagaimana jika aku yang menembakmu?" tanya psikopat itu sambil menodongkan pistolnya tepat di tengah tengah dahi mathea, mathea melirik ke arah pistol di depannya, takut? tentu.
namun psikopat itu menarik pistolnya, dan menggulung lengan jasnya, lalu memperlihatkan luka yang mathea buat dengan pisau itu...
"kamu tahu? luka ini kuanggap adalah tanda cintamu ke padaku, dan aku sudah menerimanya, begitu pun luka di dahimu, adalah tanda cintaku padamu" ucapan psikopat itu cukup membuat mathea kehilangan separuh nyawanya...
"aku tidak akan membunuh kekasih ku" gumamnya, lalu ia duduk di sebelah mathea sambil sedikit bersandar ke tanah
"coba lihat ke atas sana" ucapnya sambil menunjuk ke arah pohon besar,
mathea pun melihat ke atas pohon besar itu,
tak disangka disana ada 3 mayat sekaligus tanpa kulit...
mathea terkejut, dan masing masing dadanya terkoyak dengan isi perut yang keluar, dan dilehernya seperti ada jaitan,
"bagaimana? mereka cocok tidak dengan kepala baru mereka?" tanya psikopat itu.
ya, psikopat itu mematahkan leher mereka dan menukar posisinya.
lalu mathea tertuju pada 2 baju polisi di bawahnya yang tertancap pada pohon beserta kulit asli mereka.
mathea pun berlari kesana dan melihat dua baju itu.
erpan
andre
lalu mathea berusaha mengingat.
"M...A...T...H...A...E? " Gumamnya bingung
lalu psikopat itu menghampiri mathea
"mathea..."
"itu namamu" ucap psikopat itu berbisik tepat di telinga mathea.
"kamu pasti memperhatikan pesan singkat yang ku tulis di tubuh mereka bukan?" tanya psikopat itu seraya merangkul mathea, namun mathea melepas rangkulannya dan berjalan mundur.
"Dasar psikopat gila! Apa gunanya kamu membunuh mereka?" tanya Mathea dengan suara bergetar, sembari mundur perlahan.
Psikopat itu hanya tertawa kecil, sebuah senyum jahat tersungging di balik topeng yang menutupi wajahnya.
"Itu caraku menunjukkan betapa besar cintaku padamu. Bagaimana? It's surprisingly right?" ucapnya tanpa rasa bersalah.
Mathea yang sejak tadi melangkah mundur tiba-tiba berhenti. Dengan tekad yang bulat, ia maju dan mencengkeram kerah si psikopat dengan kasar.
"Kenapa dari awal kamu tidak membunuh aku saja?" teriak Mathea, mendorong tubuh psikopat itu dengan marah.
Tangis Mathea pun pecah, suaranya tersedu di antara amarah yang meluap.
Psikopat itu hanya terdiam, mengelus rambut Mathea dengan lembut, seolah penuh kasih sayang.
"Bagaimana aku bisa membunuh orang yang kucintai?" bisik psikopat itu, nadanya lirih namun tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My psycho GF (GXG) 21+
Mystery / Thriller"Kamu membunuh enam orang secara berturut-turut tanpa alasan yang jelas? Apa maumu?" suaranya bergetar, tetapi ia berusaha keras untuk tetap terdengar tegas. Sosok itu hanya terkekeh, senyumannya terlihat sinis saat ia mencabut pisau dari perut korb...