Ariana memandangi tubuh korban yang terbungkus rapi, siap untuk diotopsi, dengan wajah penuh kebosanan. Meski mual saat membayangkan kondisi jenazah yang akan ia hadapi kali ini, ia tahu harus tetap profesional dalam menjalankan tugasnya. Entah sampai kapan ia akan terus berurusan dengan kasus-kasus sadis seperti ini.
Rayana ikut mendorong jenazah itu ke ruang otopsi menggunakan troli khusus. Meski terbungkus rapat, bau busuk samar tetap tercium dari tubuh yang sudah membengkak parah. Luka sayatan yang memenuhi tubuh korban mempercepat masuknya air ke dalam tubuhnya.
Hal yang paling mengejutkan Ariana saat menerima data dari kepolisian adalah fakta bahwa korban kehilangan kedua tangannya, menyisakan hanya lengan, serta kedua bola matanya yang hilang.
"Ah, jangan-jangan ini ulah psikopat gila itu lagi!" gerutu Ariana dengan napas kasar, ekspresi wajahnya menunjukkan kekesalan mendalam terhadap kejadian-kejadian yang belakangan ini kerap terjadi.
Sementara itu, Rayana hanya menahan napas dan berusaha untuk tidak membayangkan kondisi mayat tersebut. la tahu, jika mencium sedikit saja aroma anyir itu, ia bisa langsung muntah di depan Ariana. Apalagi, ia lupa memakai masker dan harus menjaga citranya.
______
mentari menerangi langit kota dengan amat cerah, namun suasana hati mereka justru sebaliknya, bukannya mereka tidak senang menjalani pekerjaan ini, namun setiap ada kasus sangat sulit di pecahkan itu hanya akan meninggalkan citra buruk bagi kepolisian terutama di dalam penyidikan.
mathea sampai ke tempat kejadian ditemukannya korban, ia mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ya hanya hulu sungai dengan rerumputan hijau di sekitarnya.
tatapan mathea berhenti di satu titik, terlihat dari jauh seorang wanita dengan kulit putih mulusnya, rambut curly berwarna ash brown yang sangat mengkilap saat terkena sinar matahari.
"siapa dia?" batin mathea.
mathea pun menghampiri wanita itu, wanita itu tiba tiba berbalik dan menatap mathea, saat mathea berhenti di hadapannya, perwira polisi menghampiri mereka.
"ah ya mathea, dia adalah stella, dia baru saja menyelesaikan akademi kepolisian 3 tahun lalu, dan dia sudah berhasil menangani kasus sulit di kota lain, dia akan menjadi pembimbingmu dan kalian akan menjadi partner dalam penyidikan ini" jelas perwira itu, perwira itu pun mengambil sebuah dokumen dan menyerahkannya ke stella.
"kasus ini masih hangat, seseorang yang tidak diketahui identitas baru saja di temukan di hulu sungai dengan kondisi yang mengenaskan, tidak ada tanda perlawanan, dan banyak luka dialami korban, kami sudah memeriksa TKP sebelumnya tidak ada sidik jari yang ditemukan di sekitar tubuh korban,pengecekan DNA pelaku yang kemungkinan tertinggal sudah dibawa ke laboratorium, ini kasus yang rumit, dan mohon di cek lagi untuk TKP ini karena kemungkinan ada barang bukti yang luput dari investigasi kami. bekerja keraslah dan bekerja sama lah!" ucap perwira itu seraya pergi membiarkan mathea dan stella bersama.
wanita yang bernama stella itu menyodorkan tangannya ke mathea, mathea pun membalas jabat tangannya.
"senang bertemu dengan mu, stella. perkenalkan saya mathea, semoga kita bisa menjadi partner dan memecahkan kasus ini dengan baik"
"stella, ya saya harap begitu" ucapnya dengan singkat dan sedikit angkuh.
stella pun pergi menyusuri hulu sungai, diikuti oleh mathea, tak jauh dari sana ternyata ada anne yang sudah berada di TKP.
mathea sibuk memperhatikan tempat korban ditemukan di hulu sungai, tidak ada tanda tanda perlawanan, bahkan bekas seretan juga tidak ada,
namun mathea terpaku pada seutas robekan kain yang tersangkut di bebatuan pinggir sungai, ia pun mengambilnya menggunakan pinset dan memasukkannya ke dalam plastik wrap
KAMU SEDANG MEMBACA
My psycho GF (GXG) 21+
Mystery / Thriller"Kamu membunuh enam orang secara berturut-turut tanpa alasan yang jelas? Apa maumu?" suaranya bergetar, tetapi ia berusaha keras untuk tetap terdengar tegas. Sosok itu hanya terkekeh, senyumannya terlihat sinis saat ia mencabut pisau dari perut korb...