ILY.

727 46 4
                                    

Malam itu, Mathea benar-benar tidak bisa tidur. Ia merasa seperti diawasi oleh seseorang, namun ia tidak tahu siapa.

"Bagaimana jika psikopat itu cemburu dan membunuh Rayana?" batin Mathea, khawatir.

Ia memandang wanita di sampingnya yang sudah tertidur lelap. Wajah polos nan lugu Rayana membuatnya merasa menyesal karena tidak menerima perasaannya sejak dulu. Padahal, Rayana cukup baik padanya, sementara dia malah mempertahankan pria brengsek seperti Edwin dan psikopat itu.

Saat Mathea asyik memandangi wajah Rayana, tiba-tiba Rayana terbangun.

“Kamu belum tidur?” tanya Rayana dengan mata yang masih sedikit tertutup. Dengan usaha, ia berusaha membuka matanya untuk melihat wajah Mathea di depannya.

Mathea tersenyum kecil.

“Tidak bisa tidur,” ucap Mathea.

Rayana tersenyum kecil, lalu mendaratkan tangannya dengan lembut di pipi Mathea, mengusapkan perlahan dengan ibu jarinya.

“Tidurlah, matamu sedikit sembab. Akhir-akhir ini kamu jarang tidur, kan? Kenapa?” tanya Rayana dengan serius sambil menatap Mathea.

Mathea hanya menggeleng dan tersenyum kecil.

“Tidak apa-apa. Aku menyesal karena kemarin tidak menangkap psikopat gila itu,” kata Mathea. Rayana terkejut mendengar pernyataan itu.

“Maksudmu? Kamu sudah tahu siapa dia?” tanya Rayana.

Mathea menggeleng. “Beberapa waktu lalu, dia datang ke sini. Seharusnya aku pasang perangkap. Dia sudah membunuh banyak orang dan menghancurkan perasaan...” Tiba-tiba Mathea terdiam, tidak melanjutkan ucapannya.

Ia tidak boleh memberitahu Rayana bahwa ia sempat menyukai psikopat gila itu.

“Perasaan...?” tanya Rayana dengan serius. Mathea pun bersikeras berpikir.

“Perasaan keluarga korban,” jawab Mathea dengan gelagapan.

Rayana hanya mengangguk kecil.

“Untuk apa dia datang ke sini?” tanya Rayana lagi.

Mathea terdiam.

“Dia... entah, dia hanya sesekali terlihat lewat depan apartemenku dengan topeng khasnya,” Mathea berusaha mengelak.

Rayana hanya mengucapkan "oh" tanpa suara.

“Sial, apakah dia percaya?” batin Mathea terkejut, namun wajahnya terlihat santai dan sedikit gugup.

Rayana pun menepuk-nepuk punggung Mathea. “Tidurlah. Kamu harus bangkit. Departemen kepolisian membutuhkanmu,” Rayana menenangkan Mathea dengan mengelus pundaknya.

Mathea tiba-tiba memeluk Rayana, dan Rayana sontak terkejut. Semakin lama, detak jantungnya semakin berdegup kencang.

“Aku masih menjadi orang yang kamu sukai, kan?” tanya Mathea. Rayana hanya terdiam, takut Mathea tahu bahwa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

“Kenapa nada bicaranya jadi sangat formal?” batin Rayana.

“Memangnya tidak ada orang yang menyukaimu?” tanya Rayana, berusaha menenangkan dirinya.

Mathea diam sejenak. Ia takut keselamatan Rayana terancam. Jika psikopat itu tahu ia berkencan dengan Rayana, ia khawatir hal yang terjadi pada Edwin akan terjadi lagi pada Rayana.

“Hmm, ada... tapi orang itu... ah, sudahlah. Toh dia sudah tidak peduli lagi,” ketus Mathea.

Rayana sedikit menarik tubuhnya dari pelukan Mathea.

My psycho GF (GXG) 21+ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang