Sudah dua hari berlalu, pencarian Vino terus dilakukan. Kapal pencarian dikerahkan, bahkan helikopter melayang di atas untuk menelusuri setiap sudut hutan. Drone juga telah dikerahkan, namun hasilnya tetap nihil.Polisi telah menyusuri sepanjang sungai dan akhirnya menemukan celana milik Vino terdampar di tepi.
"Apakah Vino hanyut saat hujan deras?" gumam Pak Darma yang turut dalam pencarian itu, perasaan khawatir menggelayuti pikirannya.
Dengan hati yang berat, Pak Darma mengantongi celana Vino sebagai barang bukti, keyakinan bahwa Vino mungkin telah hilang dibawa arus semakin menguat. Harapan untuk menemukan Vino hidup-hidup perlahan memudar, dan ia tak bisa menahan rasa duka yang menggerogoti hatinya.
------
Mathea tersadar dari pingsannya dan mendapati Anne, Ariana, dan Pak Darma berada di sampingnya.
“Uh, aku di mana?” tanya Mathea sambil memegang kepalanya, merasakan nyeri yang tajam di perutnya.
Untungnya, tembakan itu melesat dari arah jauh, sehingga tidak terlalu fatal mengenai Mathea. Meskipun ususnya mengalami kerusakan, dokter berhasil melakukan perbaikan melalui operasi besar yang berlangsung selama enam jam. Prosedur itu membuat Mathea tak sadarkan diri selama dua hari.
“Kamu harus beristirahat terlebih dahulu, Mathea. Kondisi tubuhmu belum sepenuhnya pulih,” ucap Pak Darma sambil menahan Mathea agar tetap berbaring.
“V... Vino mana?” tanya Mathea dengan nada cemas.
“Vino... menghilang di tengah hutan saat mengejar psikopat itu. Aku hanya menemukan celana panjangnya yang hanyut. Kemungkinan besar dia terbawa arus saat hujan besar kemarin,” jawab Pak Darma dengan napas berat, menahan rasa duka yang mendalam di dalam hatinya.
Mathea melotot. “Vino bodoh, pasti dia sekarang sudah mati,” gumamnya, bingung bagaimana menghadapi psikopat gila itu.
Anne terbelalak. “Heh, ngomongnya!” ucap Anne sambil menyentil dahi Mathea.
“Kamu nggak tahu dia itu psikopat gila malah dikejar!” ucap Mathea dengan nada frustrasi.
Ariana memperhatikan Mathea dengan tatapan datar, dan Mathea menyadari bahwa Ariana telah menatapnya dengan cara yang aneh.
“Rayana mana?” tanya Mathea, berusaha mencari kepastian.
“Dia lagi keluar kota, ada penelitian,” jawab Ariana singkat, tanpa diiringi senyum atau ekspresi yang berubah.
“Kamu ngapain di sini?” tanya Mathea dengan nada sedikit sinis.
“Kamu kehabisan banyak darah setelah operasi, jadi aku baru saja memberimu tambahan darah, dan tidak kusangka kamu langsung sadar,” ucap Ariana, lalu meninggalkan ruangan tanpa aba-aba dari siapapun.
“Hmmm, yang penting kamu nggak apa-apa. Urusan Vino biar pihak kepolisian yang urus,” ucap Anne sambil mengelus rambut sahabatnya.
“Mathea, sebaiknya kamu istirahat dahulu. Urusan psikopat ini akan diserahkan ke divisi pusat karena memang kita tidak mampu menghadapi orang ini,” kata Pak Darma dengan nada serius.
Mathea teringat kata-kata psikopat itu: "Aku akan berhenti membunuh jika kamu menjadi kekasihku."
Dia merasa bahwa kalimat itu adalah perpaduan antara romantis dan sadis. Bagaimanapun, baru kali ini dia dikejar secara ugal-ugalan hingga mengorbankan banyak nyawa.
Namun, dia adalah seorang psikopat. Dia bisa saja membunuh Mathea suatu saat nanti. Pikiran Mathea bercampur aduk. Meski demikian, ia mulai menaruh perasaan pada psikopat gila itu, terutama karena cara psikopat itu memperlakukannya dengan manis. Namun, mengingat tindakan sadisnya, Mathea berusaha membuang jauh-jauh perasaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My psycho GF (GXG) 21+
Mystery / Thriller"Kamu membunuh enam orang secara berturut-turut tanpa alasan yang jelas? Apa maumu?" suaranya bergetar, tetapi ia berusaha keras untuk tetap terdengar tegas. Sosok itu hanya terkekeh, senyumannya terlihat sinis saat ia mencabut pisau dari perut korb...