Beberapa hari kemudian, hasil tes laboratorium darah yang menempel di pisau Mathea itu ternyata darah Mathea sendiri, bukan darah orang lain.
“Konyol! Kamu melumuri darahmu sendiri ke pisau?” tanya Anne. Mathea hanya melamun; ia tak tahu kenapa semua ini menjadi seperti ini.
Tak lama kemudian, Ariana dan Rayana menghampiri mereka yang sedang duduk di kantin rumah sakit.
Ariana dan Rayana adalah sahabat sejak kecil. Orang tua mereka saling akrab satu sama lain, sehingga mereka tumbuh dekat seperti sekarang.
“Hey, Mathea!” sapa Rayana dengan senyumnya, sementara Ariana hanya diam.
“Oh ya, Mathea, ini Ariana, dokter forensik termuda di sini,” ujar Rayana memperkenalkan Ariana kepada Mathea.
“Oh ya, Ariana, ini Mathea. Aku sudah kenal lama di IG sama dia, tapi dia baru kenal aku sepertinya kemarin,” ucap Rayana. Ariana pun memandang Mathea dengan teliti.
“Oh iya, salam kenal ya,” ucap Ariana singkat.
Ariana memang sangat cuek; ia hanya akan berbicara panjang lebar dengan orang yang dikenal saja.
Mathea pun mempersilakan mereka duduk.
“Kamu dokter forensik, berarti yang mengecek darah di laboratorium itu termasuk tugasmu?” tanya Mathea.
Ariana pun mengangguk. “Yap.”
“Aku kok ragu ya sama hasil tes laboratorium mu? Kamu tidak salah mengambil sampel, kan?” tanya Mathea.
Ariana menaikkan satu alisnya dengan bingung. “Maksudmu? Aku salah gitu?” tanya Ariana sedikit ketus.
Mathea pun menggeleng. “Ya, nggak. Tapi kok bisa darah yang dicek itu malah darahku sendiri? Tidak ada darah orang asing itu?” tanya Mathea dengan detail.
Ariana pun menghela napas panjang dan menatap Mathea.
“Aku cek darah tidak sendiri; aku ditemani oleh beberapa kepala senior di sini. Jadi, kalau hasilnya bikin kamu bingung, mending kamu tanya sendiri saja. Aku cuma membantu,” ucap Ariana dengan sedikit penekanan.
Mathea pun terdiam.
“Emm, emang kamu yakin melukai dia?” tanya Rayana baik-baik untuk mencairkan suasana.
“Aku yakin! Dan 100% tangannya pun terluka karena sayatan itu lumayan dalam!” ucap Mathea dengan percaya diri.
Ariana melirik Rayana, sementara Rayana hanya fokus memandang Mathea.
“Hm, aku tidak mengerti kalau urusan itu; aku cuma dokter jaga di sini,” ujar Rayana.
Suasana pun menjadi canggung di antara mereka, hanya ada keheningan. Rayana bingung ingin berkata apa.
Tiba-tiba, telepon Anne berdering. “Kalian di mana? Ada kasus pembunuhan lagi di Distrik 3, Kebun Mangga. Cepat kesini!” ucap Pak Darma. Anne pun segera mengiyakan dan bergegas untuk pergi bersama.
Lalu, Rayana menahan mereka. “Tunggu!”
Anne dan Mathea berhenti dan menatap Rayana.
“Aku ikut ya? Sama Ariana?” ucap Rayana, dan Ariana melirik sinis.
“Eh, tidak ya, aku tidak mau. Habis ini juga aku bakal dipanggil buat tes laboratorium lagi!” ketus Ariana. Rayana berdecak.
“Ck, aku mau ikut! Jam kerjaku juga sudah selesai. Ya sudah, kamu di sini saja, aku ikut mereka,” ucap Rayana. Mereka pun bergegas pergi bersama-sama.
“Emang boleh ya? Rayana kesana?” tanya Anne berbisik di dalam mobil.
mathea hanya menggeleng kan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My psycho GF (GXG) 21+
Misteri / Thriller"Kamu membunuh enam orang secara berturut-turut tanpa alasan yang jelas? Apa maumu?" suaranya bergetar, tetapi ia berusaha keras untuk tetap terdengar tegas. Sosok itu hanya terkekeh, senyumannya terlihat sinis saat ia mencabut pisau dari perut korb...