"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi!"
-Mahendra Hardhika-Hari itu seharusnya menjadi hari yang cerah bagi Anvitha. Setelah semua drama yang menimpa hidupnya, dia memutuskan untuk berjalan-jalan di taman, berharap udara segar dan sinar matahari bisa sedikit meredakan beban di dadanya.
Taman itu dipenuhi dengan bunga-bunga yang sedang mekar, warna-warni cerah yang menggoda untuk dijadikan sahabat di saat sepi.
Anvitha duduk di bangku, mengamati anak-anak yang bermain, pasangan yang tertawa, dan orang-orang tua yang berbincang akrab. Senyum samar muncul di wajahnya, mengingat masa-masa bahagia yang pernah ada.
Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ketika Anvitha melangkah lebih jauh, sebuah van hitam tiba-tiba mendekat. Perasaannya yang semula tenang berubah menjadi gelisah.
Dia mempercepat langkah, tetapi dua pria bertopeng melangkah keluar dari van, menghampirinya dengan cepat.
"Tolong! Jangan!" teriaknya, tetapi mulutnya dibekap dengan kain. Dalam sekejap, dia diseret masuk ke dalam van yang gelap dan pengap.
Suara teriakan dan jeritannya tak terdengar oleh siapapun, dan saat itu, dunia Anvitha terbalik.
•••
Anvitha terbangun dalam kegelapan total, tubuhnya terasa lelah dan sakit. Dia berusaha mengenali tempat di sekitarnya, tetapi semuanya tampak kabur.Dengan sedikit cahaya yang masuk dari celah pintu, dia melihat sekeliling—ruangan pengap dan dingin, dinding yang kaku dan keras. Aroma lembap yang menusuk hidung membuatnya merasa mual.
Tiba-tiba, pintu terbuka dan seorang pria masuk, wajahnya tersembunyi di balik topeng. "Selamat datang, Anvitha," katanya dengan nada dingin, seolah mengolok-olok ketakutannya. "Kami sangat menantikan kedatanganmu."
Dia ditarik keluar dari kegelapan dan dibawa ke ruangan gelap yang tidak memiliki jendela. Di situ, dia melihat sekeliling—dinding dingin, lantai keras, dan aroma lembap yang membuatnya merasa terkurung dalam ketakutan. Tak ada tempat untuk bersembunyi, hanya ketakutan yang membekap.
Setiap hari, pria yang sama datang mengancamnya. "Jika kamu tidak menurut pada Ny. Tania, Mahendra akan membayar dengan nyawanya," katanya, suara dingin itu seperti belati yang menusuk hatinya.
Anvitha berusaha tetap tenang, tetapi hati dan pikirannya dipenuhi dengan ketakutan. Dia teringat semua kenangan indah yang dia miliki bersama Mahendra, dan harapannya mulai memudar.
Bertahan di dalam kegelapan dan ketakutan itu, Anvitha sering merindukan senyuman Mahendra, pelukan hangatnya yang selalu memberinya rasa aman.
Saat dia terkurung dalam ketidakpastian, pikirannya berlari ke masa-masa indah saat mereka bersama. Namun, setiap kali pikirannya kembali ke kenyataan, rasa sakit itu seolah semakin dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anvindra (Ft.Mark NCT) (COMPLETED✅)
RomanceKota yang penuh hiruk pikuk dan ambisi, menjadi saksi pertemuan dua jiwa yang terluka. Mahendra Hardhika, seorang karyawan swasta yang merantau ke ibu kota, tak pernah menyangka bahwa kunjungannya ke rumah sakit jiwa untuk menemui temannya, Dr. Ria...