Kota yang penuh hiruk pikuk dan ambisi, menjadi saksi pertemuan dua jiwa yang terluka.
Mahendra Hardhika, seorang karyawan swasta yang merantau ke ibu kota, tak pernah menyangka bahwa kunjungannya ke rumah sakit jiwa untuk menemui temannya, Dr. Ria...
"Yang perlu kamu lakukan adalah menikmati momen ini. Biarkan orang-orang melihat keindahan karyamu. Aku akan ada di sampingmu"
-Mahendra Hardhika
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
••• Esok harinya
Setelah malam yang penuh keajaiban itu, Mahendra dan Anvitha kembali ke rumah dengan perasaan bahagia dan bersemangat.
Setiap langkah terasa lebih ringan, dan kedekatan mereka yang baru saja terjalin memberi energi positif dalam diri masing-masing. Kebahagiaan di antara mereka seolah menular ke semua yang ada di sekitar.
Keesokan harinya, suasana di rumah Mahendra semakin ramai. Persiapan pernikahan Dimas menjelang hari H menciptakan keramaian yang tak terhindarkan.
Ibunya Mahendra sangat antusias, mengatur segala sesuatunya dengan penuh cinta. Dia memanggil Rania dan Mahendra untuk membantunya, serta meminta Anvitha untuk ikut serta. Anvitha merasa sangat diterima, seolah menjadi bagian dari keluarga ini.
Setiap anggota keluarga sibuk dengan tugas masing-masing. Rania bertugas membantu memilih dekorasi, sementara Mahendra dan ibunya mempersiapkan makanan.
Di tengah keramaian itu, Anvitha membantu menyiapkan hidangan dan mendekorasi ruang tamu.
Dia merasa semakin akrab dengan keluarga Mahendra, menikmati tawa dan canda yang terus mengalir. Suasana hangat dan penuh kebahagiaan itu membuatnya merasa seolah telah menemukan rumah kedua.
Suatu sore, saat mereka semua beristirahat di teras, Anvitha memperhatikan sekeliling. Ia melihat Mahendra dan Rania yang asyik berdebat tentang pilihan dekorasi.
Mahendra terlihat sangat serius, sedangkan Rania dengan semangat berusaha meyakinkannya untuk memilih tema warna tertentu. Anvitha tersenyum melihat kedekatan mereka.
"Ibu, Rania, kita perlu menambahkan bunga di sini," Anvitha menyela dengan antusias, menunjukkan sudut yang bisa ditambahkan bunga segar.
Ibunya Mahendra tersenyum lebar. "Bagus sekali, Anvitha! Kamu punya selera yang bagus. Mari kita lakukan itu!"
Mendengar pujian itu, Anvitha merasa semakin percaya diri. Dia merasa senang dapat berkontribusi dalam persiapan pernikahan yang begitu spesial.
Dalam setiap tawa, ia merasa terhubung dengan keluarga Mahendra, menciptakan kenangan yang akan selalu diingatnya.
••• Hari pernikahan Dimas pun tiba. Anvitha mengenakan dress sederhana namun anggun, dan penampilannya membuatnya terlihat menawan. Mahendra juga tampil rapi dengan setelan jas, dan saat mereka saling memandang, keduanya merasakan chemistry yang kuat.
Ketika mereka tiba di lokasi pernikahan, suasana dipenuhi oleh senyuman dan kegembiraan.
Dimas dan istrinya, yang tampak bahagia, dikelilingi oleh keluarga dan teman-teman. Mahendra dan Anvitha berdiri di samping, menyaksikan momen bahagia itu dengan penuh haru.
