"Bintang-bintang juga punya cerita mereka sendiri. Mereka bisa bersinar meski dalam kegelapan. Begitu juga dengan kita. Kita mungkin merasa kehilangan dalam kegelapan, tetapi kita masih bisa menemukan cahaya kita."
-Mahendra Hardhika-
Langit Jakarta gelap, dihiasi bintang-bintang yang samar. Anvitha duduk di atas tempat tidurnya, terjebak dalam pikirannya sendiri.
Suara ketukan di luar jendela dan kendaraan di jalanan membawanya kembali ke masa lalu, saat keluarganya hancur.
Kilas balik itu seperti film yang diputar berulang kali di kepalanya. Ayah dan ibunya berteriak, melempar barang-barang, dan memecahkan kaca. Anvitha kecil bersembunyi di sudut ruangan, ketakutan dan menangis.
Bayangan itu menghantui, seperti monster yang mengintai di kegelapan. Dia berusaha memadamkan bayangan itu, tetapi kecemasan dan panik mulai menghimpit dadanya. Terjebak dalam kenangan, dia meraih ponselnya dan cepat-cepat menghubungi Mahendra.
"Mahendra... tolong," suaranya bergetar, penuh kepanikan.
"Anvitha? Apa yang terjadi? Aku akan segera datang," jawab Mahendra, suaranya penuh kekhawatiran. Dia tahu ini bukan kali pertama Anvitha mengalami hal ini, tetapi setiap kali, rasa sakitnya terasa begitu nyata.
•••
Beberapa menit terasa seperti berjam-jam sebelum Mahendra tiba di apartemen Anvitha. Dia mengetuk pintu dengan lembut. Saat pintu terbuka, dia melihat Anvitha dengan wajah pucat, matanya penuh air mata. Tanpa ragu, dia memeluknya erat-erat."Shh... semuanya akan baik-baik saja," bisik Mahendra. "Aku di sini untukmu. Mari kita keluar dan berjalan-jalan."
Mahendra menggenggam tangan Anvitha, membawanya keluar dari apartemen. Udara malam menyambut mereka dengan lembut, seakan ingin menyapu bersih kecemasan Anvitha. Lampu-lampu kota berkelap-kelip seperti bintang-bintang, tetapi bagi Anvitha, dunia luar terasa asing dan menakutkan.
"Kemana kita akan pergi?" tanyanya dengan suara lembut dan penuh keraguan.
"Kita bisa berjalan di taman dekat sini. Melihat tanaman hijau bisa membuatmu merasa lebih baik," jawab Mahendra dengan senyuman menenangkan, berharap bisa memberikan sedikit ketenangan.
Sepanjang jalan, Mahendra terus berbicara tentang berbagai hal-makanan favorit mereka, tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi, dan lelucon konyol tentang hewan peliharaan.
"Kau tahu, aku ingin punya anjing. Tapi, aku merasa dia akan lebih banyak mengaturku daripada aku mengatur dia!" katanya sambil tertawa, berharap bisa meredakan ketegangan di antara mereka.
Anvitha tidak bisa menahan senyum kecil mendengar leluconnya. Meskipun bayangan dari masa lalu masih menghantuinya, ada sesuatu yang menenangkan tentang kehadiran Mahendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anvindra (Ft.Mark NCT) (COMPLETED✅)
RomansaKota yang penuh hiruk pikuk dan ambisi, menjadi saksi pertemuan dua jiwa yang terluka. Mahendra Hardhika, seorang karyawan swasta yang merantau ke ibu kota, tak pernah menyangka bahwa kunjungannya ke rumah sakit jiwa untuk menemui temannya, Dr. Ria...