Sampai di kos, ahyeon langsung buka pintu, tentu dengan membaca salam.
"Yuhuuu roro, ahyeon yang imut nan membahenol datang." Ucap ahyeon tidak tahu malu, jelas-jelas ruka di belakangnya sudah memandang dengan pandangan cintanya ehek, salah maunya pandangan dingin nan datar.
"Ehehe, yeon memang suka teriak." Ahyeon menggaruk rambutnya yang tidak gatal sama sekali, alibi doang.
"Roro kidul." Panggil ahyeon sekali lagi.
Karena capek, ahyeon memilih duduk di kursi yang ada di kursi depan, biasanya kan ruang tamu. Kalau ahyeon ruang depan.
"Maaf yah disini enggak ada barang yang mengandung berlian dan kawan kawannya adanya barang yang berkarat ehehe" Ahyeon cengengesan.
Tetap ruka duduk tapi tidak merespon apa-apa.
"Ishh ini orang enggak pernah ketawa kalau orang melawak, atau belum lucu ya?" Cicit ahyeon ngedumel.
Lupakan, karena Rora yang tak kunjung keluar. Akhirnya ahyeon berinisiatif untuk datang ke kamar Rora.
"Aku datangi dulu ya, biasanya enggak pernah begini." Ucap ahyeon kepada ruka mulai serius, ahyeon jika dalam mode serius mau orang salto dimotor juga enggak bakal di ladeni.
Ruka berdehem, ahyeon sudah mati penasaran ada apa dengan Rora.
"Ra." Ahyeon mengetok pintu kamar ahyeon sambil memanggil nama rora.
"Rora." Ucap ahyeon sekali lagi.
Sekali, dua kali, bahkan sudah berkali-kali tapi tidak ada yang menyahut, cecak di dinding juga tiba-tiba jadi patung.
"Kok gue merinding sih." Gumam ahyeon. Tidak mau berlama-lama, akhirnya ahyeon mendatangi ruka lagi.
"Hmm aku boleh minta bantuan enggak?" tanya ahyeon
"Apa." suara berat nan kebas dari ruka.
"Eee itu, tolong dobrakkan pintunya Rora."
Akhirnya ruka berdiri dan ahyeon mengekor dari belakang. "Ishh tahu dari mana nih suami aing kalau pintunya yang ini." Batin ahyeon bertanya.
Aihh positif thingking saja, mungkin kelihatan banget kalau ini kamar Rora yang begitu feminim.
"Langsung dobrak saja." Ujar ahyeon.
Enggak butuh waktu lama bagi ruka mendobrak pintu kamar ahyeon, badannya yang kekar mempermudah mendobrak pintu di depannya.
"DUKKK!" dengan sekali dobrakkan pintu kamar Rora terbuka.
Ahyeon yang ada di belakang ruka terdiam, tangan ahyeon
menjadi bahan menutup mulutnya rapat-rapat untuk tidak berteriak.Tidak jauh dari hadapannya, ada Rora yang terbaring dengan mengeluarkan busa dari mulutnya. Tangannya juga ada bekas sayatan.
Letak kasur Rora yang langsung menghadap pintu, memperluas mata ahyeon menjelajahi dari luar.
Jujur ahyeon takut, ia juga punya trauma yang sangat suram. Tagannya gemetaran, keringat bercucuran di dahinya, tapi tiba-tiba ruka menarik tangannya, sehingga ahyeon bersembunyi di balik tubuh ruka.
Ruka menuntunnya masuk ke dalam, tapi ahyeon menahan.
"Aku enggak bisa, aku takut." Cicit ahyeon mengucapkannya dengan bibir bergetar, air matanya jadi ingin jatuh.
Ruka yang paham mengangguk, dan langsung masuk.
Ruka membawa keluar Rora, ruka berlari keluar menuju mobil. Ahyeon sudah mengikuti dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (BXG) (Ruyeon) END
Lãng mạnDulu waktu Ibu masih ada, kata Ibu kalau menolak suami itu dosa." Alir ahyeon. "Berarti kalau menolak saya dosa kan?" Perlahan ahyeon mengangguk 'benar juga' "Ya sudah menurut sama saya, biarkan begini." Tegas Ruka. Ruyeon (BXG)