BAB 2 RAIN

46 6 0
                                    

~happy reading♡~
•••

Waktu menunjukan pukul setengah 8 malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu menunjukan pukul setengah 8 malam. Di ruang makan mewah nan luas terlihat pasangan paruh baya sedang berbincang setelah menyelesaikan makan malam.

"Kira-kira Ray mau tidak ya yah, melanjutkan pendidikannya disini sambil mengurus perusahaan kita?" tanya seorang perempuan paruh baya, tapi terlihat awet muda.

"Dia sedang di perjalanan Mah." Jawab seorang laki-laki paruh baya yang merupakan Ayah Rain bernama Iqbal.

"Kok Mama tidak tahu, terakhir dia bilang nanti pikir-pikir dulu gitu." ucap perempuan baya itu mengerutkan keningnya. Ia ternyata adalah Mamahnya Rain yang bernama Nila. Terlihat ia agak kesal karena seperti dibohongi anaknya sendiri.

"Oh ya lupa, Rain yang bilang jangan kasih tahu Mamah, suprise katanya." ucap pak Iqbal memperlihatkan deretan giginya.

"Emm, terus sekarang sudah sampai dimana?" tanya Mamah Nila.

"Tidak ada kabar Mah. Seharusnya sudah dekat, Mungkin lagi fokus nyetir." balas pak Iqbal.

***

Eijaz Rain pratama Ghifarri seorang laki- laki berusia 22 tahun. Ia baru saja menyelesaikan pendidikan di Ibukota dan akan melanjutkan pendidikannya secara daring karena harus kembali ke kota halaman.

Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ia merupakan anak dari keluarga yang sangat berada. Ayahnya Direktur perusahaan sekaligus pemilik perusahaan dan Ibunya pemilik butik ternama.

Namun, semenjak lulus dari sekolah menengah atas, ia tidak tinggal bersama kedua orang tuanya. Ia memilih berkuliah di Ibukota dan tinggal sendiri di apartemen.

***

7 jam yang lalu

Di apartemen nampak seorang pemuda sedang mengemas barang-barangnya. Ia mengeluarkan beberapa barangnya di depan pintu apartemen.

"Nak Rain jadi pulang? Tidak kesini lagi?" tanya seseorang laki-laki paruh baya yang menghampiri Rain.

"Iya pak." jawab Rain membuang napas panjang. Namun, masih bisa tersenyum.

Ia sebenarnya dengan berat hati menuruti perintah Ayahnya, tetapi ia tidak bisa menolak. Selain itu, ini juga permintaan Mamahnya. Ia sangat menyayangi kedua orang tuanya. Meskipun, sebenarnya ada yang membuat dirinya berkuliah di Ibukota.

"Saya bantu ya nak Rain." ucap Bapak itu yang merupakan pegawai keamanan apartemen.

"Terima kasih pak. Tapi nanti merepotkan Bapak." tutur Rain yang sudah mengangkat tumpukan dus.

"Tidak apa-apa nak Rain." ucapnya membantu membawakan sisa barang-barang. Lantas Rain berterima kasih, kini mereka memasuki lift menuju baseman apartemen.

Tak lama mereka memasukan barang-barang ke dalam bagasi mobil milik Rain.

"Makasih ya pak, sudah membantu Rain selama disini." ucap Rain menutup kembali pintu bagasi mobil.

"Iya nak Rain, hati-hati ya nak." Balasnya.

"Iya pak, Assalamualaikum." salam Rain pada Bapak itu, yang sudah dianggapnya seperti Ayah sendiri.

"Waalaikumsalam." Jawab Bapak itu. Rain pun memasuki mobilnya dan bergegas.

***

Malam ini bulan menampakan bentuk yang bulat sempurna dengan awan yang tidak bosan mengelilinginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini bulan menampakan bentuk yang bulat sempurna dengan awan yang tidak bosan mengelilinginya. Jika ahli cuaca mengamati, sepertinya tengah malam akan turun hujan. Namun, untuk saat ini cahaya bulan menemani perjalanan Rain menuju kota halamanya.

Kota halaman tempat Rain dibesarkan merupakan kota yang besar dan tidak kala majunya dengan Ibukota. 'Rindu' mungkin kata yang terbesit dalam pikiran Rain setelah 4 tahun meninggalkan kota tersebut.

Jarak antara Ibukota dengan kota halamanya dapat ditempuh sekitar 8 jam, jika lewat jalan tanpa hambatan.

Tak terasa mobil yang terus melaju telah keluar dari jalan tanpa hambatan dan kini memasuki jalan utama.

Rain meraih benda pipih miliknya untuk mengabari Ayahnya karena teringat pesan untuk terus mengabari. Namun, benda pipih itu tidak menampilkan layar apapun. Ia yang masih fokus dengan jalanan, kembali meletakan benda pipih itu pada tempat pengisi daya. Namun, masih saja tidak ada perubahan.

Rain memilih menepikan mobilnya dan berhenti sejenak, untuk mengecek fitur pengisi daya tanpa kabel itu. Namun, tak ada perubahan.

Ia mendengus kesal, menyadari bahwa ia jarang sekali memperhatikan mobilnya. Kesibukan akhir-akhir ini menyita pikiran Rain. Akhirnya ia kembali melanjutkan perjalanannya.

Sampai pada jalan yang menuju komplek perumahan. Tiba tiba...
'Kenapa nih' batin Rain yang merasakan mobilnya berbeda saat melaju.

Ia pun turun untuk mengecek ban mobil, benar saja bannya bocor tepat diujung jalan yg memisahkan antara jalan utama dan jalan menuju kompleknya.

Ia mengacak rambutnya frustasi mengingat handphonenya yang juga mati, terlebih jalan menuju komplek masih lumayan jauh dan ini sudah malam.

Ia memejamkan matanya sejenak untuk berfikir namun sia sia. Ia melihat sekitar sepi tidak ada orang, tapi tunggu ada seorang perempuan yang berjalan menuju kearahnya dengan menundukan pandangan.

Ada yang janggal dengan perasaan Rain, terasa tak asing. Namun, seketika ia langsung menepis. Ia memikirkan nasibnya yang apes hari ini.

"Permisi?" Rain mencoba meminta bantuan padanya. Namun, perempuan itu tak menggubris, ia malah mempercepat langkahnya.

'Astagfirullah' dalam hati Rain, menyadari ini sudah larut malam dan jalan yang gelap, hanya ada cahaya bulan.

Rasanya Rain tidak akan lagi meminta bantuan padanya, tapi siapa lagi ia akan meminta bantuan, sedangkan tidak adalagi seorang pun. Dengan berat hati, ia memilih mengejar perempuan tersebut.

Sampailah di depan rumah sederhana yang tak jauh dari perempuan itu berhenti berjalan. Ini kesempatan Rain meminta bantuan padanya.

Dengan jarak 2 meter, Rain mencoba mengutarakan maksud kenapa ia mengejarnya, "Emm maaf, saya hanya mau minta bantuan. Handphone saya mati dan ban mobil saya bocor, bisa kah saya minta tolong?" ucapnya menunggu jawaban.

Terlihatnya perempuan itu tak berbalik membalasnya dan masih tak berkutik. Ia bingung, sebenarnya perempuan itu mau menolongnya atau tidak.

Rain menunduk dan akan meninggalkan perempuan itu. Namun, niatnya seketika hilang mendapati perempuan itu sudah berbalik badan mengarah padanya.

"Nara?" Ia terkejut ternyata pikirannya benar itu Nara, seseorang yang pernah dikenalnya.

•••
~thanks for reading♡~

***

Gaes gimana?
Tinggalin jejak kalian please..

Pink HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang