BAB 17 TERSEMBUNYI

21 3 0
                                    

~happy reading♡~
•••

Rain bangkit menyeka darah segar yang keluar dari goresan tipis di pipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rain bangkit menyeka darah segar yang keluar dari goresan tipis di pipinya.

"Pak Iqbal, yang memerintahkan kalian kan?" tanya Rain memastikan, membuat empat orang yang mengelilinginya saling memandang satu sama lain.

"Kamu siapa?" tanya salah satu dari mereka.

"Aku bisa melaporkan kalian ke polisi bahwa yang memerintahkan kalian adalah pak Iqbal." ucap Rain membuat segerombolan preman yang sedari tadi menampakan raut wajah menakutkan, kini berubah memelas.

"Tolong jangan laporkan kami ke polisi, apalagi kalau bilang pak Iqbal yang menyuruh. Keluarga kami dalam bahaya." ucap salah satu dari mereka.

"Saya mohon jangan." ucap preman itu memelas.

Rain memejamkan matanya, "Oke, kalian bisa pergi."

"Baik." Mereka berlari terbirit-birit.

Kini Rain menunduk, ia mengambil napas dalam. Mana mungkin ia melaporkan Ayahnya sendiri karena telah menyuruh preman-preman itu.

Kemudian, ia berjalan dan tak sengaja menginjak benda pipih lalu mengambilnya. Ia kembali berjalan menuju ke dalam gang perumahan untuk mencari toserba. Ia akan mencari minuman dingin untuk mengompres pipi dan plester untuk lukanya.

Tepat setelah Rain pergi, Nara yang meminta bantuan dan kembali ke gang perumahan dimana ia dihadang, sudah tidak ada orang lagi disana.

Rain berhasil mendapatkan plester dan minuman dingin. Kini ia terduduk di depan toserba.

Ia mengompres pipinya sampai panggilan dengan nama 'Ibu' di benda pipih yang ia pegang berbunyi.

Lalu ia mengangkatnya dan mampu bernapas lega setelah mengetahui Nara sudah berada di rumahnya.

Tentu kejadian ini tidak kebetulan. Preman yang menghadang Nara merupakan suruhan dari pak Iqbal yaitu Ayahnya Rain, karena ia menolak perjodohan dengan Laura.

Waktu itu, Rain tidak mengetahui jika Ayahnya yang menjemput sepulang sekolah karena biasanya sopir pribadi yang menjemput.

Ayahnya melihat Rain yang rela kehujanan karena memberikan payung kepada seorang murid perempuan yang tidak jelas siapa, karena hujan dan jarak yang lumayan jauh.

Ayahnya menyimpulkan bahwa Rain menolak perjodohan karena seorang murid perempuan itu.

Flashback on

"Ray, nanti malam Ayah akan mengadakan acara pertemuan keluarga." ucap Ayahnya ketika Rain berhasil masuk kedalam mobil.

"Ayah?" Rain terkejut ketika ia mendapati Ayahnya yang menjemput.

"Pindah ke depan, Ayah bukan sopir kamu!!!" seru Ayahnya.

Tanpa membuka pintu belakang, ia dengan seragam basahnya, kini membungkukan badan untuk pindah ke depan.

Pink HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang