BAB 33 INGINKAN DIA

32 2 0
                                    

~happy reading♡~
•••

Beberapa bulan kemudian....

Rain yang masih koma telah di pindahkan ke ruang VIP-1. Nara mengetahui itu karena ia selalu mengunjungi Rain bahkan ketika ia di pindahkan. Nara diam-diam mengikutinya.

Hidup Nara harus terus berjalan. Sejak kejadian itu, Nara sudah tidak bekerja di kedai ice cream. Ia mengikuti wawancara magang di perusahaan dan menyelesaikan pendidikannya di semester akhir.

"Hari ini aku lolos interview." ucap Nara di depan kaca ruang VIP-1. Ia selalu mengabarkan dirinya pada Rain yang masih setia dengan tidur panjangnya.

Di hari-hari berikutnya....

"Hufft hari ini aku bertemu dengan orang seperti kak Amira. Tentu kamu tahu." ucap Nara tertawa di depan kaca ruang VIP-1. Ia mengingat dirinya yang bekerja bersama Rain di kedai Ice cream. Kini ia telah bekerja di perusahaan.

Dihari-hari berikutnya, Nara tidak mengunjungi Rain. Satu minggu kemudian, ia baru mengunjungi Rain.

"Nenek telah tiada, bahkan aku pernah memarahimu untuk jangan peduli pada Nenek." ucap Nara yang menangis di depan kaca. Rain masih sama tidak ada perubahan.

Hidup Nara di kota sendiri membuat Ayahnya khawatir. Alhasil kedua orang tuanya menjodohkan Nara dengan anak temannya yang di kampung. Ia juga bekerja di kota.

"Nara, Ayah harap kamu tidak menolak pertunangan kali ini." Nara terus memikirkan ucapan Ayahnya. Banyak yang menanyakan anaknya itu, tapi Nara selalu saja menolak.

Akhirnya Nara menyetujui ucapan Ayahnya kali ini. Ia sudah mengemasi tas rangselnya dan membawa tas selempangnya. Petang ini, ia akan ke kampung halaman Ayah. Tapi sebelum itu, ia menyempatkan untuk ke rumah sakit, dimana Rain terus di rawat.

Sampai di depan ruangan VIP-1. Mamah Rain yang selalu setia menemani anaknya, keluar dari ruangan. Ia mendapati Nara yang sudah rapih dengan membawa tas dan rangselnya. Nara terus menunduk.

Mamah Rain menghampiri Nara. Ia mengelus lembut pundak Nara.

"Kamu harus melanjutkan hidupmu. Tentu Mamah dan Rain akan bahagia melihat kamu bisa melanjutkan hidup bersama orang lain." ucapnya memeluk Nara seraya menyeka air matanya.

Setiap kali Nara mengunjungi Rain yang membalas ceritanya adalah Mamah Rain. Nara selalu menceritakan keadaan keluarganya pada Mamah Rain. Keluarga Nara yang menyuruh untuk tidak menolak perjodohan kali ini, juga ia ceritakan pada Mamah Rain.

"Mah, izinkan aku berbicara pada Rain untuk yang terakhir kalinya sebelum aku pergi." ucap Nara. Mamahnya hanya mengangguk dan melepaskan pelukannya.

Mereka masuk ke ruangan VIP-1, dimana Rain masih dengan tidur panjangnya, hanya suara mesin detak jantung yang terdengar mendominasi ruangan. Ia hidup bergantung pada alat yang terus setia mendampinginya.

Dengan ditemani Mamah, Nara duduk di kursi samping ranjang Rain, ia mengungkapkan perasaannya pada Rain sejak dahulu.

"Suara lantunanmu membacakan ayat suci sangat indah, aku sangat mengagumimu bahkan sebelum aku mengenalmu." ucap Nara terisak, ia kembali mengungkapkan perasaannya.

"Dan ketika aku baru mengenalmu, aku sudah tahu kamu adalah orang yang sangat baik." Nara menyeka air mata yang bahkan keluar dari hidungnya. Ia teringat pertama kali bertemu dengan Rain yang menceritakan tentang ia ingin melindungi Ibunya.

Mamah Rain berhasil menitikan air mata mendengar cerita Nara.

"Ketika berlibur ke pegunungan, aku selalu mengingat kamu membantuku membawa hasil panen kentang. Aku sangat bahagia meskipun kamu juga membawakan hasil panen yang lain. Aku tetap bahagia karena kamu orang yang baik... Ketika di danau depan rumah Bibi, maafkan aku yang justru melihat keindahan tertawamu dari pada melihat keindahan danau." ucap Nara yang terus memandangi Rain yang tidak bergerak sama sekali.

Pink HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang