BAB 35 MOMENT

26 2 0
                                    

Sebuah gedung mewah nan luas di desain dengan dekorasi serba putih, terlihat sangat khitmat ketika suara lantunan merdu ayat suci Al-Qur'an milik Rain menggema mengisi seluruh gedung, mampu membuat siapa saja tersentuh ketika mendengarnya. Apalagi ketika sebuah akad terdengar, berhasil membuat siapa saja menangis terharu.

Kini, Rain dengan gagahnya menantikan seseorang yang sudah sah menjadi istrinya.

"Ray balik badan dulu biar suprise." celetuk Tama di meja tamu yang tak jauh darinya.

Para tamu serempak menyetujui ucapan Tama, termasuk Ernando, "Bener Ray." ucapnya sembari terkekeh kecil. Ia melihat Rain yang sangat tegang.

Mendengar ucapan teman-temannya membuat Rain sedikit tertawa, lalu ia berbalik badan.

Tak lama pintu utama gedung terbuka, menampilkan Nara yang terlihat bak seorang ratu dengan gaun khas princess kerajaan yang di desain sangat modern. Mahkota sederhana, namun terkesan elagan yang bertengger di jilbabnya.

Meskipun ia harus menopang gaun yang lumayan berat, tapi tidak mengurangi keanggunan seorang Nara yang berjalan ke arah seseorang kini sudah menjadi suaminya.

Nara menepuk lembut pundak Rain untuk berbalik menghadapnya. Rain pun membalikan badan ketika merasakan tepukan lembut dari tangan lentik seseorang.

Deg.....

Mata Rain bertemu dengan mata berbinar Nara. Seketika Rain langsung menunduk, meneteskan air mata, lalu menyeka air matanya.

Ia menangis terharu mendapati seseorang yang sangat cantik di depannya bahwa kini, Nara sudah menjadi istrinya.

Nara yang selalu menampilkan senyuman mengelus lembut pundak Rain. Ia menenangkan Rain yang sudah sah menjadi suaminya itu.

Rain masih saja menangis sampai ia memegangi pucuk keningnya. Nara yang terus tersenyum sampai bingung harus bagaimana.

"Kak kak, berikan ini!" ucap Alea dari bawah menyodorkan tisu pada Nara. Ia juga selalu memegangi benda yang sangat penting di moment seperti ini.

"Terima kasih Alea." jawab Nara yang kini memberikan tisu pada Rain.

Setelah Rain tenang, Nara perlahan meraih tangan suaminya itu. Ia mencium lembut tangan Rain.

Ini pertama kalinya mereka bersentuhan tangan. Lantas, tangan gemetar Rain menyentuh lembut pucuk kepala Nara seraya berdo'a. Lalu ia mencium lembut kening istrinya itu.

Tepuk tangan terdengar saling bersahutan membuat suasana ramai mengiringi Rain yang menggandeng Nara untuk berjalan menuju kursi pelaminan.

Nara yang selalu memandangi wajah Rain membuat suaminya itu salah tingkah. Nara tidak percaya bahwa ia menikah dengan seseorang yang dikaguminya sejak SMA dulu bahkan rasanya seperti tidak mungkin, tapi tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

Lica yang berada di bagian tamu undangan Nara sangat bersemangat, bertepuk tangan dengan keras tak kalah kerasnya dengan tepuk tangan Ernando yang berada di bagian tamu undangan Rain.

Sedangkan Rosa dan Tama yang berada di satu meja sedang mengajari tepuk tangan pada bayinya yang berusia 2 bulan.

Jessika yang juga datang dalam acara, ia tak henti-hentinya bertepuk tangan, "Tidak menyangka Nara berjodoh dengan kakak kelas sekolah sebelah yang super dingin itu." Gumamnya seraya geleng-geleng.

Rain dan Nara mengundang banyak tamu undangan dari teman-temannya SMA dulu sampai temannya saat ini.

Tepuk tangan masih saja terdengar sampai Rain dan Nara duduk dikursi pelaminan.

Pink HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang