BAB 14 HUJAN

38 3 3
                                    

~happy reading♡~
•••

Musim panas di kota telah menutup cerita Nara dikelas X

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim panas di kota telah menutup cerita Nara dikelas X. Tak terasa cerita liburan akhir semester sudah berbulan-bulan yang lalu.

Saat ini Nara menjalankan hari-harinya di kelas XI, disamping kesibukannya sebagai senior dalam organisasi jurnalistik. Ia menggantikan kak Sila yang sudah kelas XII, dan Kak Raka yang juga digantikan oleh anggota yang lainnya.

"Oke, kita bisa pulang semua!" seru Ketua organisasi menutup rapat organisasi.

"Baik kak." jawab serempak siswa yang mengikuti jurnalistik.

Nara keluar dari ruangan paling akhir bersama salah satu anggota yang lainnya, karena ada beberapa yang harus diurus.

Pukul 5 sore mereka berada di gerbang sekolah, berbeda dengan juniornya yang menunggu bus di halte depan sekolah. Sedangkan Nara harus menyebrang jalan menuju haltenya yang berada di depan sana, karena rute bus mereka berbeda.

"Kak aku pergi dulu." ucap juniornya yang hendak menaiki bus.

"Iya hati-hati." balas Nara berjalan menuju jalan raya.

Namun, hujan deras tiba-tiba turun tanpa permisi. Alih-alih berteduh, Nara memilih menekan tombol penyebrang jalan dan menunggu rambu elektronik dengan lambang pejalan kaki menyala.

Ia mengangkat tas anti air dikepalanya, untuk melindungi sedikit tubuhnya dari guyuran hujan.

Namun, tiba-tiba ia tidak merasakan lagi tetesan hujan ketika sebuah payung tepat berada diatasnya.

Kini Nara menurunkan tasnya seraya mendongak. Ia mendapati Rain yang menundukan pandangannya dengan Rambut yang perlahan basah, karena payungnya kini berada diatas Nara dengan jarak satu meter mereka berdiri.

"Jangan hujan-hujanan." ucap Rain dingin. Ia memberi kode dengan tangannya agar Nara menerima payungnya.

Setelah Nara menerima payungnya, Rain berlari menjauh ditengah hujan, menuju mobil di depan sekolahnya.

Seakan-akan waktu berjalan lebih lambat, bunga-bunga dari pohon di pinggiran jalan saling berguguran menyatu dengan butiran air hujan.

Nara mematung, 'ini bukan mimpi kan?' ucapnya dalam hati, melihat kepergian Rain. Kini senyuman terlukis di wajah Nara.

***

Pagi yang cerah setelah hujan kemarin mengguyur kota. Kini seseorang masih nyaman dengan selimutnya.

"Nara bangun sayang." Suara ketukan pintu dan ucapan lembut membuat pemilik kamar pink itu, hanya bergerak sedikit.

"Nara ini sudah jam 6, bangun sayang." ucap Ibunya yang masih di balik pintu.

Pink HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang