BAB 6 MAHKOTA

25 4 0
                                    

~happy reading♡~
•••

"Sa, apa yang membuat kamu berjilbab?" tanya Nara begitu saja, disela-sela mereka mengerjakan tugas karya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sa, apa yang membuat kamu berjilbab?" tanya Nara begitu saja, disela-sela mereka mengerjakan tugas karya.

Rosa hanya mengerutkan kening mendengar pertanyaan temannya itu, "Kamu ada niat untuk berhijab?" tanya balik Rosa.

Nara menggaruk rambutnya yang sama sekali tidak gatal. Jujur saja, sejak ia memiliki kesukaan baru yaitu mendengarkan tilawah Rain. Apalagi ia selalu melihat Rain ke masjid, dirinya seperti tak pantas memiliki kesukaan itu.

"Ini adalah perintah untuk menutup aurat Ra, karena kita diistimewakan. Sebagai muslimah wajib mengenakanya." Rosa menepuk pelan bahu Nara, "Jangan takut dibilang percuma berhijab tapi tidak sesuai perbuatan. Karena itu perkara yang berbeda. Justru dengan berhijab kamu akan mendapatkan kebaikan dan terjaga kehormatannya." ucapnya yang dibalas anggukan pelan Nara. Mereka kembali menyelesaikan tugas karyanya.

Tak lama bel telah berbunyi, menandakan bergantinya jam pelajaran.

"Tolong dikumpulkan semuanya!!!" Seru Ketua kelas yang diberi wewenang oleh guru.

***

Tuk tuk..

"Nara sayang." Panggil Ibunya memegang knop pintu kamar putrinya, "Ibu masuk ya." Imbuh Ibunya.

"Iya Bu." ucap Nara mengiyakan. Ia sedang menyiapkan jadwal pelajaran untuk besok.

Ibunya menyodorkan seragam sekolah baru dan tidak ketinggalan dengan jilbabnya. "Ibu sudah dapatkan ini." ucap Ibunya yang menampilkan senyuman.

Melihat itu, Nara perlahan memamerkan senyuman, "Makasih Buk." ucapnya menerima seragam barunya.

"Ibu suka, kamu menyembunyikan mahkota indahmu." ucap Ibunya mengelus lembut rambut indah anak perempuannya.

Memang Nara sudah di ajarkan untuk berhijab. Namun, lingkungan sekolahnya sedari kecil yang membuat ia tidak mengenakan hijab.

"Rambut kan ibarat seperti mahkota. Namun, hijab juga menjadi mahkota seorang muslimah." ucapan Ibunya membuat Nara mengangguk mantap.

Nara pun mencoba hijabnya di depan cermin kamar, lalu ia menampilkan senyuman yang merekah di wajahnya.

***

Nara meraih tas sekolah. Ia berlari-lari mengejar bus yang baru saja jalan seraya melihat jam tangannya yang sudah hampir ia terlambat masuk sekolah.

"Pak!!!" teriak Nara melambai-lambaikan tangannya. Ia sepertinya tidak sanggup lagi untuk berlari.

Untung saja sopir bus melihat dirinya dari pantulan kaca spion, seketika bus terhenti. Lantas ia buru-buru memasuki bus.

Pink HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang