Anemone-1

6.1K 204 21
                                    

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan" Ucap Ammar lantang dengan satu tarikan nafas.

"Bagaimana para saksi? Sah?" Tanya penghulu pada kedua saksi.

"Sah!" Jawab keduanya kompak dan lugas.

"Alhamdulillah. Barakallahu lakuma wabaraka'alaikuma wajama'a bainakuma fii khoir."

Alhamdulillah, rangkaian akad nikah yang telah Dandi siapkan berlangsung dengan khidmat. Tibalah saat Ammar diantar untuk menjemput Shanum di kamar pengantin dengan riasan yang sudah terpasang begitu cantik membuat siapapun yang melihatnya pangling pada wajah Shanum seketika. Diiringi dengan shalawat, beberapa saat kemudian pintu kamar itu diketuk dengan sangat lembut.

"Assalamualaikum Shanum." Ucap Ammar lembut dari balik pintu kamar Shanum.

"Waalaikumusaalam." Shanum tertunduk menghadap suaminya untuk pertama kalinya. Diraihnya telapak tangan itu lalu dibawa mendekat pada wajahnya untuk diciumnya. Sebelah tangan Ammar berada tepat pada ubun-ubun Shanum dengan merapalkan doa untuknya.

"Allahumma inni as aluka khairahaa wa khaira maa jabaltahaa 'alaihi, wa a'udzubika min syarrihaa wa syarri maa jabaltahaa 'alaihi" Lalu ditiupnya ubun-ubun Shanum dan didaratkan sebuah kecupan singkat pada kening wanita yang kini telah sah menjadi istrinya.

Hari ini adalah kali pertama mereka bertemu kembali setelah satu bulan lamanya dipingit sebelum acara pernikahan. Satu bulan yang lalu Ammar Harlian Luqman dipertemukan dengan Aaliyyah Shanum Riza dalam sebuah acara lamaran yang telah disiapkan oleh sang Papi, Dandi Ahmad Riza.

"Yuk, Shanumnya digandeng ke tempat ijab qabul." Ucap salah satu orang WO mengarahkan Ammar untuk menggandeng tangan Shanum menuju meja tempat Ammar melafalkan ijab qabul tadi. Hati Shanum telah berdesir sejak pertama kali menyentuh telapak tangan suaminya itu. Ditambah doa yang Ammar rapalkan pada ubun-ubunnya membuat cinta seketika tumbuh pada hati Shanum.

"Ayo num." Ucap Ammar lembut sambil menggenggam tangan Shanum.

Di depan penghulu keduanya menyelesaikan serangkaian hal yang harus dilakukan. Setelahnya keduanya dibimbing untuk sungkeman kepada kedua orangtua masing-masing mempelai yang telah duduk pada bangku yang tersedia di dalam rumah Shanum yang tentu sudah di dekorasi. Di mulai dari kedua orangtua Shanum, lalu bergantian menuju kedua orangtua Ammar.

"Pi, Shanum mohon doa dari papi. Semoga segala sesuatu yang Shanum mulai atas ridho papi dan mama Allah mudahkan kedepannya. Shanum minta maaf ya pi, 22 tahun jadi anak papi belum bisa balas sedikitpun apa yang sudah papi beri buat Shanum." Ucap Shanum yang tengah tertunduk diantara paha sang Papi.

"Mbak, terima kasih telah menerima permintaan papi untuk menerima pinangan Ammar. Insyaallah suamimu laki-laki yang baik, bisa membimbing mbak Shanum jadi lebih baik lagi. Maafin papi ya Shanum, belum bisa kasih yang terbaik untuk Shanum. Semoga sakinah, mawadah warahmah terwujud dalam rumah tangga Shanum." Jawab Dandi dengan mengelus lembut punggung anak perempuannya itu. Kalimat yang tak jauh berbeda Ammar ucapkan pada Dandi, setelah Shanum menyelesaikan sungkemnya.

"Mas Ammar, papi titip Shanum ya. Mohon lanjutkan kewajiban untuk membimbing Shanum dengan cara terbaik menurut ajaran Islam. Jika suatu saat kamu merasa Shanum tidak bisa menjadi pendamping yang baik untuk mas Ammar, tolong kembalikan Shanum secara baik-baik ke papi ya mas." Ucap Dandi dengan linangan airmata yang sudah tidak dapat ia tahan. Bagaimanapun melepas sulungnya kepada tangan laki-laki lain adalah hal terberat yang dilakukan seorang ayah pada anaknya.

***

Rangkaian acara akad nikah telah selesai, diakhiri dengan foto dengan masing-masing keluarga yang tentu saja memakan waktu agak lama. Jeda waktu sebelum acara resepsi Shanum manfaatkan untuk mengisi perutnya yang sedari tadi belum terisi apapun. Begitupun dengan Ammar yang kini sedang duduk bersama Shanum di kursi meja makan rumah Shanum.

AnemoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang