Anemone-34

1.7K 168 19
                                    

Akhirnya Shanum pasrah mengikuti keinginan suaminya. Setelah sampai di kamar, Ammar langsung mengunci pintu terlebih dahulu. Meski ia tahu tak mungkin mertuanya membuka kamar mereka tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Shanum masih mengernyitkan dahinya entah apa yang terjadi pada Ammar, padahal sebelum subuh tadi suaminya sudah meminta hak nya.

"Mas kena-." Belum selesai pertanyaan Shanum, Ammar sudah melumat sedikit kasar bibir ranum milik istrinya. Shanum yang awalnya kaget, berusaha mengimbangi lumatan tersebut. Tangan Ammar menggerayangi dada Shanum yang masih terbungkus kain daster serta hijab kaos yang dikenakan.

Ammar melepas tautan bibir keduanya sebentar. "Mas buka hijabnya ya sayang?" Izin Ammar kali ini.

Namun tak cuma hijab, Ammar juga membuka seluruh kain yang membalut tubuh Shanum hingga tak ada satupun kain tersisa yang menempel pada tubuh Shanum. Sama juga dengan dirinya, Ammar segera melepas seragam Puskesmas yang tadi ia kenakan dengan tak sabaran. Shanum menutup mata melihat milik Ammar yang sudah berdiri tegak. Masih saja malu padahal sudah punya dua buntut!

Shanum ditidurkan kembali pada ranjang, kini Ammar membuka paha Shanum, dia ingin memberikan rangsangan terlebih dahulu pada istrinya sebelum dia masuki.

"Jangan ditutup sayang." Pinta Ammar karena Shanum merapatkan kedua kakinya. Ammar mendekat pada lipatan segitiga yang membuat libidonya naik seketika.

"Ah mashhh." Shanum merasakan geli karena Ammar mulai menjilati klitoris miliknya. Terdengar decapan lidah Ammar dan milik Shanum yang mulai basah karena air liur suaminya serta cairan alami miliknya yang keluar karena rangsangan tersebut.

"Oughhh jangan digigith mass." Desah Shanum pelan karena ulah suaminya yang bar bar kali ini. Ternyata Ammar merasa gairahnya kali ini membuat dia ingin mengerjai Shanum tanpa ampun.

"Ah ahhh masshhh." Teriak Shanum karena jari Ammar mengocok pelan memasuki lubangnya yang sudah begitu becek.

"Enak sayangh?" Tanya Ammar menatap kedua mata Shanum yang tertutup karena kenikmatan yang dirasakan.

"Jangan ditutup matanya." Pinta Ammar kali ini. Shanum membuka kedua matanya, bertatapan dengan mata Ammar yang sudah berkabut. Shanum tahu nafsu suaminya kali ini sudah begitu tinggi.

"Enak?" Tanya Ammar kedua kalinya pada Shanum.

"I-iya mashh." Cicit Shanum dengan sedikit desahannya. Dia malu namun tidak bisa memungkiri bahwa dia merasakan kenikmatan meski hanya dengan permainan jari suaminya.

Ammar melanjutkan jilatan pada klitoris Shanum dan juga kedua jarinya yang masih memainkan lubang inti yang akan memuaskan miliknya itu.

"Shanum mau keluarr mashh." Teriak Shanum yang justru membuat Ammar semakin kuat menyedot vagina istrinya.

"Ahh massh ampunhhh. Oughhh." Tubuh Shanum melengking karena pelepasannya kali ini. Ammar tidak pernah gagal dalam memuaskan dirinya.

***

Ammar menggesek pelan batangnya pada vagina Shanum yang semakin basah itu. "Oughhh." Desah keduanya meski belum terjadi penyatuan, namun hanya begitu saja mereka sudah merasakan nikmat yang tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata lagi.

"Masukin mashh." Pinta Shanum kali ini. Ammar tahu Shanum juga sudah naik libidonya, biarlah kali ini dia mengerjai istrinya yang sedikit pemalu itu.

"Apanya sayangh?" Balas Ammar dengan tetap memberikan gesekan pada milik Shanum. Sebenarnya dia juga sudah tak tahan.

"Mas!" Pekik Shanum sedikit kesal karena merasa suaminya mempermainkan dirinya.

"Kenapa? Hm?" Tanya Ammar pelan.

AnemoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang