Anemone-35

1.4K 192 39
                                    

Di ruangan ini, dua setengah tahun lalu Ammar dan Shanum tengah berbahagia menyambut buah hati pertama mereka. Dan saat ini, keduanya diliputi kebahagiaan yang sama dengan hadirnya buah cinta mereka yang baru kali ini mereka akan lihat dalam visual dengan prosedur USG. Masih dengan dokter yang sama, dan tentu dengan ledekan yang tak habis-habis ia layangkan pada Ammar.

"Gacor Lo, baru nyapih udah nongol lagi bibit Lo di rahim Shanum." Begitulah kiranya yang sedari tadi membuat Ammar begitu malas menanggapi pria di hadapannya ini.

"Daripada Lo, main tiap hari dibuang dengan sia-sia dan nggak ngehasilin apapun." Jawab Ammar kini, membuat Fernand berganti menatapnya kesal.

"Mas, bicaranya ah. Nanti ditiru anak-anaknya lho." Ucap Shanum memperingati, karena memang hari ini mereka membawa serta Rumma dan Rummi ke rumah sakit.

"Maaf sayang. Kelepasan." Jawab Ammar pasrah yang tentu langsung dibalas senyum penuh ledekan dari Fernand.

"Langsung aja yuk, nanti kemaleman kasihan Rumma sama Rummi." Ucap Fernand lalu mempersilahkan Shanum untuk berbaring di ranjang tempat pemeriksaan.

Sedari tadi Rumma dan Rummi hanya diam, sibuk dengan beberapa mainan yang ia bawa. Namun fokus Rumma beralih saat Fernand mulai melakukan pemeriksaan pada perut Shanum. Ammar tak terlalu memperhatikan hingga sulungnya itu memanggilnya.

"Abi." Panggilnya yang membuat Ammar menunduk ke arah anaknya yang sudah berdiri di sampingnya.

"Perut umik sakit?" Tanyanya lagi dengan tatapan polos.

"Engga sayang. Di dalam perut umik, ada adeknya kakak Rumma." Jawab Ammar sekenanya.

"Adeknya Rumma kan Rummi Abi." Jawabnya lagi membuat Ammar tersenyum lalu membawa Rumma dalam gendongannya.

"Nanti adeknya tambah lagi jadi banyak." Jawab Ammar lagi.

"Berarti nanti temen mainnya banyak lagi?" Tanyanya yang dijawab anggukan oleh Ammar dan membuatnya tersenyum lebar.

"Lummi juga mau endong." Ucap Rummi yang langsung membuat Fernand menoleh dan terkekeh.

"Adek mau sama om Fernand mau gak? Sini lihat dedek bayi di perut umik." Tawar Fernand yang sudah pasti di tolak mentah-mentah oleh Rummi yang memang hanya mau digendong Ammar.

"Huaaa. Nda mau. Lummi mau sama Abi. Huaa." Ucap Rummi dengan tangisan drama yang selalu membuat Ammar dan Shanum menghela nafasnya.

"Kakak mau sama om Fernand. Turunin bi." Seru Rumma yang mampu membuat helaan nafas Ammar dan Shanum menjadi senyum lega karena anak laki-lakinya itu selalu bersikap legowo.

"Good boy. Sini sayang." Ucap Fernand kembali sambil menepuk pahanya, agar Rumma naik ke pangkuannya.

Anak laki-laki yang belum genap dua setengah tahun itu dengan seksama memperhatikan layar monitor di hadapan Fernand. Ia setia mendengar penjelasan yang Fernand berikan.

"Nah itu dia adek-adeknya Rumma." Ucap Fernand menunjukkan dua gambar kecil yang tertangkap pada monitor. Ya janin Shanum memang sudah cukup besar untuk dilihat, mengingat usia kandungannya yang hampir masuk di minggu ke 13.

"Adek-adek? Jangan Lo bilang anak gue kembar lagi ya?" Tanya Ammar dengan ekspresi terkejutnya.

"Iya kembar. Itu kantungnya ada dua." Jawab Fernand dengan sangat yakin.

"Alhamdulillah." Ucap Shanum mencoba mensyukuri terlebih dahulu apa yang ia terima dari tuhan saat ini. "Perkembangannya baik kan?" Tanya Shanum lagi.

"Oke kok. Tapi tetep ga boleh capek-capek ya. Libur dulu deh ngasih jatah buat Ammar, kemarin kan habis flek. Satu atau dua bulan kita lihat lagi perkembangannya." Jelas Fernand yang diangguki oleh Shanum, namun jelas membuat Ammar menatapnya malas.

AnemoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang