Sabtu dan Tingkah Rummi

943 116 13
                                    

"Selamat pagi sayang." Sapa Ammar yang baru saja keluar dari kamarnya dan memeluk tubuh Shanum yang tengah sibuk di dapur dengan peralatan masaknya.

"Selamat pagi surgaku." Balas Shanum sambil tersenyum yang tentu tak terlihat oleh Ammar.

"Bidadari apa gak iri ya mik, lihat ada wanita se masyaallah ini di dunia? Cantiknya, baiknya, shalihahnya duh rasanya kalau gak boleh berlebihan sudah mas puja-puja cantiknya mas ini." Ucap Ammar sambil mencium pipi Shanum sekilas.

"Istighfar Abi. Setiap yang baik itu ada buruknya, dan yang terlihat buruk pasti juga menyimpan kebaikan. Aku bukan apa-apa jika dibandingkan dengan wanita-wanita terdahulu yang sudah mendapat jaminan surga." Balas Shanum membuat Ammar semakin kagum dengan kerendahan hati Shanum.

"Tapi Abi akan selalu bilang, bahwa kurangmu adalah cara Allah agar Abi dapat menuai pahala dengan mengajarimu kebaikan dan merubahnya menjadi lebih baik." Jawab Ammar lagi membuat Shanum kembali tersenyum.

"Kalau sepagi ini sudah gombal, pasti ada maunya." Ucap Shanum sedikit curiga.

"Tuh kan, ya Allah. Istri hamba sudah bisa membaca pikiran hamba dengan baik, padahal terucap pun belum dari mulut hamba." Ucap Ammar membuat Shanum terkekeh.

"Mau apa sayang?" Tanya Shanum kini membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan Ammar.

"Mau nambah anak lagi? Biar pas jadi tim volly?" Tanya Shanum sedikit bercanda membuat Ammar ikut tersenyum.

"Maunya sebelas mik. Biar bisa tanding sama gen petir." Jawab Ammar membuat Shanum sedikit bingung.

"Astaghfirullah. Gen halilintar dong bi. Ah bercanda aja." Balas Shanum memukul pelan bahu Ammar.

"Jadi Abi ada apa? Mau apa? Mau dibikinin teh? Kopi? Atau air hangat yang tadi umik taruh di kamar sudah gak hangat lagi ya? Biar umik ganti. Ah atau abi mau mandi air hangat? Biar umik siapin." Tanya Shanum tanpa jeda membuat Ammar mencium bibirnya sekilas.

"Kamu sudah melakukan tugas kamu pagi ini dengan sempurna sayang. Abi cuma kangen pengen meluk tadi." Jawab Ammar kini membuat Shanum dapat bernafas dengan lega.

***

"Ehem." Deheman seseorang yang sudah dapat Ammar tebak mengganggu keromantisan Ammar dan Shanum yang tengah memasak berdua.

"Ada apa Rummi?" Tanya Ammar tanpa membalikkan badannya ke arah sumber suara.

"Dicariin anaknya, malah berduaan di sini." Jawab Rummi membuat Ammar terkekeh.

"Ada apa tuan putri? Abi gak akan di sini, kalau anak Abi yang perempuan satu-satunya bangunnya lebih lagi dan mau bantuin umiknya." Jawab Ammar sedikit menyindir Rummi.

"Rummi bangun pagi ya bi." Protes Rummi tak terima.

"Iya sayang, Abi percaya. Habis sholat subuh tidur lagi. Terus baru bangun lagi, kalau yang lain udah selesai pakai seragam." Balas Ammar lagi membuat Rummi nyengir dengan menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.

"Ada apa Rummi? Cintanya Abi dunia akhirat? Shalihahnya Abi yang tiada duanya, tapi setelah umik pastinya. Kenapa sayang?"

"Gapapa deh Bi. Abi lanjutin aja bantuin umiknya. Rummi mau ke depan." Balas Rummi bergegas pergi, membuat Shanum sedikit curiga.

Ammar melanjutkan kegiatannya membatu Shanum tanpa menghiraukan Rummi yang sudah berlalu pergi. Hingga setengah jam berlalu sesuatu terucap dari bibir Shanum yang sedikit memikirkan Rummi tadi.

"Bi, kira-kira habis ini yang teriak siapa? Rumma, Hamiz, atau Hazim?" Baru saja ingin mengatupkan bibirnya sudah terdengar teriakan dari salah satu anaknya yang baru saja di sebut oleh Shanum.

AnemoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang