Anemone-31

1.4K 180 29
                                    

"Assalamualaikum cinta-cintannya Abi. Sudah pada bangun ya nak. Mau mandi sama Abi ya sayang-sayangnya Abi." Ucap Ammar sambil menggendong satu per satu anaknya dari box bayi, kemudian ia pindahkan ke ranjangnya bersama Shanum.

Kurang lebih, begitulah pemandangan yang Shanum saksikan setiap paginya. Ammar akan dengan telaten mengurusi kedua buah hatinya terlebih dahulu. Setelahnya barulah ia membantu Shanum membersihkan diri.

Jangan tanyakan pekerjaan Ammar, karena kesibukannya saat ini membuat ia berangkat agak lebih lambat dari biasanya. Untung saja rekan satu tim nya di puskesmas kompak menjaga solidaritas bersama Ammar. Sehingga urusan pekerjaan pun dapat Ammar selesaikan dengan baik.

"Mbak, tukang masak untuk aqiqah Rumma dan Rummi sudah pada dateng." Ucap Mita masuk ke dalam kamar Shanum. "Eh ganteng dan cantiknya Oma udah pada bangun. Bangunnya pagi ya nak, biar bisa mandi sama Abi."

"Iya ma. Tapi nunggu dagingnya selesai di bersihkan dulu. Biar mulai masak yang lain dulu. Siapa tahu nanti ada keluarga yang mampir kesini." Jelas Shanum yang diangguki oleh Mita.

"Belum lepas ya tali pusarnya mas?" Tanya Mita pada Ammar yang mulai membuka pakaian si sulung.

"Belum ma. Siapa tahu nanti siang lepas. Udah kering ini." Jawab Ammar sambil menunjukkan tali pusar Rumma yang memang sudah mengering.

"Oh ya, mbak kontrolnya ke Fernand kapan? Jadwalnya bisa di samain sama kontrol adek sekalian gak?" Ucap Mita memberi ide.

"Iya mama. Nanti mbak bilang sama Fernand, biar jadwalnya bisa disesuaikan sama kontrol adek ke dokter anaknya." Jawab Shanum lembut sambil tersenyum.

"Mbak mau mama bantuin mandi?" Tawar Mita pada Shanum.

"Nanti biar sama mas aja ma. Gapapa. Habis ini kan jadwalnya adek berjemur sama oma opa ya nak." Jawab Shanum lagi.

"Ya udah, mama ke dapur dulu. Siapin sayur kelor, sama ngupas telur rebus dulu buat mbak sarapan." Pamit Mita lalu beranjak menuju dapur.

"Terima kasih mama sayang." Ucap Shanum dengan senyum menghiasi parasnya.

Shanum terus memperhatikan Ammar yang dengan penuh sayang memandikan putranya. Selama seminggu pertama memang anak-anak nya itu hanya mandi sehari sekali, itupun hanya di lap dengan waslap basah yang Ammar siapkan di atas nakas tempat baju Rumma dan Rummi. Setelah selesai dengan Rumma, kini bergantian Rummi yang Ammar bawa ke dekat nakas untuk di lap badannya.

"Aduh aduh sayangnya mama." Ucap Shanum sambil memangku Rumma yang sudah dibedong rapi oleh Ammar.

"Eh kok merem lagi sayang, kakak gak mau nen dulu?" Imbuh Shanum lagi sambil sedikit menjahili anaknya.

"Mas, ini gapapa kakak bobok lagi?" Tanya Shanum yang memang awam. Dokter anaknya memberi pesan padanya untuk memberi asi dua jam sekali. Namun karena larangan Ammar ia kadang memberinya 3 jam sekali.

"Gapapa sayang. Jangan dibangunin. Nanti kalau udah haus kakak bangun sendiri. Kalau lebih dari tiga jam gak mimik, baru umik bangunkan ya." Jelas Ammar begitu lembut membuat Shanum tersenyum.

Belum selesai Ammar menggantikan baju untuk Rummi, bayi itu sudah menangis begitu kencang dengan berusaha memasukkan jari-jarinya ke dalam mulut. Ammar tetap tenang mengganti baju Rummi hingga selesai, baru ia berikan ke pangkuan Shanum.

"Oek.. oekk.. oekk.."

"Nah yang ini udah kepengen mimik. Dingin ya nak mandi sama Abi, jadi pengen nempel umik biar anget."

Benar saja begitu di berikan asi oleh Shanum, Rummi langsung diam dan berangsur memejamkan matanya. Ammar hanya tersenyum melihat putri kecilnya itu. Berbanding terbalik dengan Rumma yang kalem dan tak banyak menangis, Rummi justru paling sering menangis dan beberapa kali hanya diam ketika di timang.

AnemoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang