Anemone-39

1.2K 136 74
                                    

"Mik. Umik." Teriak Rumma yang dapat Shanum dengar dengan jelas saat tengah menyiapkan makanan untuk Rumma, Rummi, Hamiz dan Hazim.

"Ya kakak. Ada apa?" Jawab Shanum dengan sedikit berteriak juga agar Rumma mendengar suaranya.

"Rummi mik." Jawabnya lagi yang masih tak terlalu dihiraukan oleh Shanum.

"Mbak Rummi kenapa kakak?" Tanya Shanum lagi kini memilih mematikan kompornya sebentar untuk menghampiri keempat anaknya.

Shanum berjalan tanpa menaruh curiga sedikitpun pada teriakan Rumma tadi. Meski jahil, ia tahu Rummi tak akan melewati batasannya. Ammar yang tengah pergi bersama rombongan puskesmas membuat Shanum sibuk dengan si kembar pertama yang berusia 5 tahun, dan si kembar kedua yang kini menginjak 2 tahun.

"Astaghfirullah." Ucap Shanum saat melihat ceceran rambut di lantai dekat dengan meja belajar anak-anaknya.

"Mbak lummi." Ucap Hazim menunjuk pada Rummi yang tengah memegangi gunting dan sisa rambut di jemari mungilnya.

"Allahu Akbar. Khairummi anak shalihah. Penolong Abi umik dunia akhirat, rambut siapa mbak Rummi?" Ucap Shanum dengan nada sedikit tinggi karena kaget dengan kejahilan Rummi kali ini.

"Rambut siapa kak?" Tanya Shanum pada Rumma karena tak mendapat jawaban dari Rummi.

"Itu mik." Tunjuk Rumma pada poni Rummi yang sudah tak berbentuk lagi.

"Astaghfirullah. Kamu kok kreatif banget mbak. Masyaallah shalihahnya mama. Anak cantik, anak baik. Ini kok poninya di potong sampai kayak gini?" Ujar Shanum sambil meraih gunting yang ada di tangan Rummi.

"Dapat gunting darimana mbak?" Tanya Shanum lagi yang dijawab cengiran oleh Rummi.

"Umik tanya sama mbak baik-baik lho. Ini mbak dapat gunting darimana?"

"Dari kamar umik." Jawabnya polos membuat Shanum menghela nafasnya pelan.

"Sini dengerin umik." Ucap Shanum sambil membawa Rummi kepangkuan nya dengan menatap dalam manik mata anak perempuannya itu.

Jika awalnya banyak yang mengira tingkah Rummi hanya karena kecemburuan pada kedua adiknya, nyatanya tidak. Ammar dan Shanum benar-benar memastikan keempat anaknya diberi cinta dan perhatian yang sama. Meski dalam porsi yang berbeda, adil bukan lah membagi dua benda menjadi sama melainkan membagi sesuai dengan porsi dan kebutuhan masing-masing anak.

"Rummi mau dengerin umik?" Tanya Shanum memulai obrolan diantara keduanya.

"Sebentar ya." Imbuhnya lagi.

"Kak. Kak Rumma." Panggil Shanum pada Rumma yang tengah sibuk dengan mainan di hadapannya. Bocah 5 tahun itu lebih tertarik bermain rubik diantara mainan lain untuk anak seusianya.

"Dalem mik." Jawabnya langsung meletakkan mainan di tangannya dan berjalan menuju ke arah Shanum.

"Bawa dek Hamiz dan dek Hazim main di luar ya nak. Tapi gak boleh buka gerbang, kalau mau main ke tetangga harus nunggu umik. Umik mau ngobrol dulu sama mbak." Jelas Shanum yang langsung diangguki oleh Rumma, dan segera menggandeng dua adik kembarnya bermain bola di halaman depan.

"Kasihan Rummi di marahin. Wlee." Ledek Rumma sebelum menutup pintu kamar dan berjalan menuju halaman.

***

"Mbak." Panggil Shanum lagi pada Rummi yang kini sudah duduk di hadapannya dengan menyilakan kaki.

"Dalem umik." Jawabnya sambil tertunduk karena takut di marahi.

"Sini lihat umik, umik kan masih bicara sama mbak. Umik gak marah sama mbak." Ucap Shanum lagi membuat Rummi mau menegakkan kepalanya dan menatap mata Shanum.

AnemoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang