Anemone-30

1.5K 170 66
                                    

Ammar masih setia menemani Shanum di ruang pemulihan pasca operasi. Saat keluar dari ruangan pukul 3.45 tadi mendadak Shanum menggigil. Mualnya tak bisa ia tahan lagi, ia memuntahkan cairan kuning yang pasti sangat terasa pahit untuknya. Ammar dengan sigap membawakan teh hangat, setelah perawat memanggilnya tadi saat berada di ruang bayi usia mengadzani kedua anaknya.

"Minum dulu sayang." Titah Ammar dengan membantu mengangkat sedikit kepala Shanum agar dapat meraih sedotan yang disodorkannya.

"Masih sesek nafasnya?" Tanya Ammar yang dijawab dengan gelengan oleh Shanum.

"Adek mana?" Tanya Shanum lemah.

"Masih dibersihkan. Sayang biar stabil dulu, baru nanti adek dianter ke ruang rawat kamu." Jelas Ammar lembut yang diangguki oleh Shanum. Monitor detak jantung, juga selang oksigen masih terpasang pada Shanum karena tadi Shanum mengeluh sesak nafas.

Ammar setia disisinya membantu menekan-nekan perut Shanum agar darah nifasnya keluar dengan lancar. Sakit memang tapi harus Shanum tahan. Ammar pun setia mendengar segala keluhan rasa sakit yang keluar dari mulut Shanum.

"Sakit ya?" Tanya Ammar yang harusnya sudah ia tahu jawabannya.

"Sedikit." Bohong Shanum dengan ekspresi meringis.

"Mas terlalu kenceng nekennya?" Shanum menggeleng.

"Emang harus diteken biar darahnya keluar sayang." Jawab Ammar lembut sambil sesekali mengelus puncak kepala Shanum.

"Mas mau dilepas selang oksigennya." Pinta Shanum lemas.

"Udah gak sesek?" Tanya Ammar memastikan kembali.

"Udah enggak. Tolong lepasin."

Dengan telaten Ammar membantu melepas selang oksigen dari hidung Shanum. Beberapa menit menunggu kini Shanum sudah dijemput perawat dari ruang rawat inapnya untuk di bawa kembali ke kamarnya. Ammar setia di samping Shanum membantu perawat mendorong brankar Shanum menuju ruangannya.

"Alhamdulillah mbak. Tadi mama khawatir denger kamu masih sesek pas keluar dari ruang operasi." Ucap Mita saat Shanum sudah dipindahkan ke bed nya.

"Shanum gapapa ma. Mungkin toleransi Shanum ke obat biusnya agak kurang, jadi reaksi yang muncul ke Shanum berlebihan." Jelas Ammar yang tadi tak sempat menenangkan Mita.

"Adeknya kapan diantar kesini mas?" Tanya Shanum penasaran.

"Shanum istirahat dulu ya. Nanti kalau udah gak pusing kita belajar bolak balik badan. Semoga pas adek dianter di sini Shanum udah bisa duduk. Jadi gampang nanti kasih nen ke adek." Jawab Ammar kemudian membiarkan Shanum tertidur karena efek obat bius yang belum sepenuhnya hilang.

***

Shanum tak mengira, belajar memiringkan badan ke kanan dan ke kiri hingga belajar duduk pasca operasi ternyata semenyakitkan ini. Seluruh badannya terasa kaku hingga sulit digerakkan. Nyeri sekaligus perih pada jahitannya menjalar ke seluruh badan membuat Shanum agak meringis kesakitan.

"Adek kok belum diantar ke sini ya mas. Adek sehat kan?" Tanya Shanum mulai khawatir.

"Bentar lagi ya sayang. Bentar lagi ada perawat visit nanti kita tanya ya." Jawab Ammar lembut menenangkan kekhawatiran Shanum.

"Beneran gapapa kan mas?" Tanyanya lagi memastikan.

"Adek sehat sayang. Kakak lahir berat badannya 2500 gram. Adek 2400 gram. Lengkap semua anggota badannya. Tadi Shanum juga denger tangisannya kan?" Ucap Ammar lagi membuat Shanum kini benar-benar tenang.

Benar saja belum lima menit Ammar menjelaskan, seorang perawat masuk membuka pintu ruangan Shanum lebar. Di dorongnya dua box bayi berwarna senada. Shanum tersenyum lega, pikiran buruk yang terlintas tadi seketika lenyap begitu saja.

AnemoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang