Anemone-15

1.8K 155 38
                                    

"Sayang, habis ini mas antar ke rumah papi ya? Mas harus ke desa lagi karena gak bisa digantikan ternyata." Pamit Ammar yang kini tengah bersiap mengantar Shanum pulang.

"Shanum gak boleh ikut ya?" Ucap Shanum sedikit merengek. Entah perasaan apa yang kini melandanya. Perasaan berat yang Shanum tak pernah rasakan sebelumnya. Ingin rasanya hari ini Shanum dekap erat tubuh Ammar agar tak berpaling sedikitpun dari sisinya.

"Cuma sebentar sayang. Besok pagi mas langsung pulang kesini." Jawab Ammar lembut sambil membawa Shanum dalam pelukannya.

"Janji ya sebentar?"

"Janji sayang. Ini kenapa jadi manja gini?" Tanya Ammar yang sedikit bingung dengan perubahan sikap Shanum pagi ini.

"Perasaan istrimu sedang tidak baik-baik saja. Tapi semoga itu hanya karena setan yang tidak suka melihat kita tetap hangat meski berjauhan. Semoga Allah jaga mas dalam segala kegiatan yang mas jalani." Ammar tersenyum. Kini ia mengerti, kegelisahan sedang melanda wanitanya itu. Tangannya beralih menangkup kedua pipi milik Shanum.

"Berdoa yang baik. Prasangkanya disimpan, dijadikan doa-doa agar segala urusan mas cepat selesai. Bisa cepat pulang, dan meluk Shanum seharian." Ucap Ammar di akhiri dengan kecupan yang sedikit lama pada bibir Shanum.

Setelah mengantarkan Shanum ke rumah orangtuanya, Ammar kembali ke kontrakan terlebih dahulu sebelum ia berangkat ke desa. Ia telah mengabari Lala dan Daniel sebelumnya, jika mungkin ia akan sedikit terlambat. Tubuh Ammar mendadak berhenti karena melihat Dinda yang kini tengah duduk di kursi yang berada di teras rumahnya.

Mau apa perempuan itu?

To : Bidadari Duniaku 🫶

Sayang

Shanum?

Waalaikumsalam mas.

Astaghfirullah.
Assalamualaikum sayangnya mas.
Jangan tanya apapun dulu ke mas. Tapi tolong angkat telfon mas dan jangan dimatikan sebelum mas matikan ya.

Kenapa?

Ammar tak lagi membalas pesan Shanum. Ia langsung memencet ikon panggilan pada nomor Shanum. Dibiarkannya ponselnya tetap dalam genggamannya agar segala hal yang terjadi di depannya tetap dalam pengawasan sang istri.

"Halo mas?" Ucap Shanum menerima panggilan Ammar yang tentu didiamkan saja oleh Ammar.

"Ada apa Din? Jam segini sudah di sini?" Tanya Ammar yang dapat di dengar oleh Shanum membuat Shanum paham akan hal yang tengah dilakukan oleh Ammar.

"Gapapa pak. Saya ketinggalan rombongan ke desa. Boleh saya ikut dengan pak Ammar?" Ammar bingung dengan pertanyaan Dinda. Ia tidak mungkin menolak karena memang tujuan mereka sama, tapi posisi mereka yang hanya berdua membuat Ammar bingung bukan main.

"Gak bisa naik kendaraan sendiri Din?" Tanya Ammar agar tak menyinggung Dinda.

"Bapak kan tahu saya gak pernah bawa motor ke puskesmas." Kali ini Ammar diam. Bingung jawaban apalagi yang harus ia berikan.

Kenapa tiba-tiba ini anak formal gini?

"Sebentar saya harus ambil beberapa barang di dalam. Silahkan duduk dulu." Ucap Ammar kembali dengan pasrah. Mau di tolak bagaimana pun Dinda pasti akan terus membujuknya untuk berangkat bersama.

Tanpa Ammar sadari Dinda berjalan mengikuti Ammar secara perlahan. Diam-diam ada teman Dinda yang ia bawa untuk merekam kegiatannya membuat seolah-olah Ammar mengajak Dinda untuk masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu itu begitu saja.

AnemoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang